Friday, December 4, 2015

Masalah???

Begitu banyak permasalahan yang menimpa diri. Seolah memaklumi aku untuk berhenti. dan pantas bagiku menjadikannya alasan untuk tidak beraksi. Sungguh begitu berat dan selalu membuat penat. Tanggung jawab, peran, serta amanat. Keluarga, pendidikan, pekerjaan, jabatan, teman, juga peran dalam masyarakat. Perbedaan keinginan dengan orangtua, tuntutan akademik, tugas-tugas kerjaan, berselisih dengan teman, dan kondisi dalam masyarakat. Bertubi-tubi menghujani dan tak mau berhenti, membuat rasa gelisah di hati. Berputar-putar mengaduk-aduk pikiran, terus menusuk dan menghunjam.
Inferior. Sungguh tak pantas diri ini menyandang tanggung jawab yang begitu berat. Sungguh tak layak diri ini memegang amanat. Sungguh amat jauh dari syarat. Tak sedikit yang meremehkan, seolah mempertanyakan “kau ini siapa?” “masak orang ini kayak gitu?”. Entah apakah itu benar-benar merendahkan atau justru kalimat motivasi yang tersamarkan, atau pengingat diri agar terjaga dalam kebenaran. Ada juga yang berlebihan “kau ini punya banyak potensi” “kau sangat dibutuhkan di sini”. Entah apakah itu menyindir yang merendahkan atau benar-benar memuji dan menanamkan harapan.
Merasa sendiri. Seolah semua tanggung jawab, peran, dan amanat itu harus aku selesaikan sendiri. Sementara orang yang harusnya membantu malah justru tidak peduli dan pergi. Kewajiban-kewajiban silih berganti. Tak jarang double job dan banyak peran dalam satu waktu harus aku lakukan sendiri.
Bermuka dua. Tak jarang diri ini tampak senang dan bahagia padahal hati menderita. Sering kali mengumbar senyuman padahal dalam hati menyimpan sesak tangis yang mendalam. Ikut dengan teman tertawa bersama-sama. Namun ketika sendiri diam seketika, diam seribu bahasa. Meratapi nasib yang entah ke mana ujungnya.
Sakit. Salah satu akibat yang muncul dari setiap hal yang terjadi. Pikiran terkuras. Fokus pada pencarian solusi dari setiap permasalahan. Dan sudah menjadi hukum alam, ketika satu anggora tubuh lelah yang lain pun akan merasakannya. Ketika pikiran terkuras habis untuk berpikir terus menerus kelelahan otak juga akan menimbulkan kelelahan pada seluruh tubuh. Fisik menjadi mudah lelah dan terserang penyakit. Dan ketika fisik sudah sakit, pikiranpun juga akan terpengaruh, menjadi mudah menyimpulkan dan mudah berprasangka. Sebab-akibat yang terus menerus berputar berkelindan, saling berpengaruh dan terpengaruh. Untuk apa aku hidup? Peran apa yang sebenarnya aku mainkan? Apa yang sebenarnya aku perjuangkan? Maka pertanyaan-pertanyaan dasar itu menguak. Menunggu jawaban dengan cepat dan tepat. Menuntut tindakan yang sigap dan tanggap.
Dulu, dengan yakin dan mantap aku niatkan hanya untuk melakukan hal yang benar. Memperjuangkan mimpi dan harapan. Namun kali ini seolah tak bisa lagi kubedakan mana yang benar dan mana yang bukan. Saat ini semua menjadi samar. Yang benar tampak tak benar, sebaliknya yang tak benarpun seolah tampak benar. Sedang harapan hanya tampak seperti mimpi yang jauh dari dunia nyata. Sedang tak sedikit pula mimpi justru menjadi nyata.
Seringkali kau terkungkung oleh pikiranmu sendiri. Tak jarang kau terjebak dalam permasalahan-permasalahan yang kau buat sendiri. Hingga kau lupa bahwa begitu banyak nikmat dan fasilitas yang tersedia. Hingga kau abai pada kesempatan-kesempatan yang terbuka lebar di depan mata.
Ingatlah bahwa kau bukan siapa-siapa. Kau bukan ulama dengan segudang ilmu dan jawaban atas setiap permasalahan. Terlebih kau bukan Tuhan yang bisa menentukan apa yang diinginkan. Kau hanya murid dengan ilmu yang sedikit tapi sudah merasa siap menghadapi setiap tantangan yang membuat hati sempit. Kau tak lebih hanya manusia biasa yang tak memiliki apa-apa. Kau hanya hamba yang mengandalkan harap dan doa, yang mengandalkan amalan yang bahkan tak pernah konsisten kau laksanakan, yang justru masih terkungkung dengan maksiat dan dosa yang rutin saban hari kau lakukan.
Begitu banyak jalan keluar yang sudah ditawarkan dan kau tahu tentang kebenarannya, tapi justru kau malah menjauh darinya. Begitu banyak kesempatan untuk memperbaiki diri tapi kau mengabaikannya.
Dengan sombong kau memperingatkan orang. Berlagak congkak kau merasa benar. Bolehlah kau mengingatkan orang, tapi jangan lupakan untuk melihat cermin siapa dirimu? Benarkah kau yang benar? Jangan-jangan kau tak lebih baik dari orang yang kau peringatkan.
Dunia sudah sama sekali berubah. Usaha yang terbaiklah yang bisa dilakukan. Terkadang hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan memulai dari awal. Meski dari hal yang terkecil sekalipun. Usah pedulikan omongan orang lain tentang diri ini, tapi fokus pada apa yang bisa memperbaiki, abaikan yang malah merusak diri.
Dunia tak seperti yang kita perkirakan. Kejahatan bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan dalam keadaan bagaimana saja. Bisa jadi para pelaku adalah orang-orang yang berada di sekeliling kita. kalaupun kau tahu, kejahatan dan keburukan itu tak hanya berhenti sanpai di situ. Semua akan terus menerus terjadi hingga pada akhirnya kehancuran benar-benar terjadi. Kecuali jika kau benar-benar mau menghentikannya. Mungkin memang permintaan ini berat. Tapi harga sebuah kebenaran memang mahal. Selalu mahal. Dan harga itu pantas untuk ditebus. Walaupun hanya kau yang berjuang sendirian, maka tak masalah. Tapi semoga kau tak benar-benar sendirian.

Evaluasi diri. Perbaiki diri. Gerakkan diri sendiri. Nasihat-nasihat baik tak akan ada arti jika diri tak mau mengakui. Terkadang kau harus menggenggam tanganmu sendiri untuk meyakinkan bahwa dirimu itu kuat. Terkadang kau harus rela melepas orang lain agar bisa kembali bangkit. Terkadang benar-benar sendiri justru membuatmu terbebas untuk terus beraksi daripada merasa sendiri di tengah keramaian. Tapi kau tak akan pernah bisa melepaskan-Nya bahwa untuk membuktikan bahwa kau mampu. Ada jalan yang tidak pernah kau pikirkan dan ada kekuatan yang tak pernah kau bayangkan.

No comments:

Post a Comment