Saturday, December 31, 2016

Kulakukan Semua Untukmu


Kulakukan Semua Untukmu
(original song by: RAN)
Hanya denganmu aku berbagi
Hanya dirimu paling mengerti
Kegelisahan dalam hatiku
Yang selama ini tak menentu
            Hanya padamulah aku menceritakan apapun yang aku rasakan. Hanya engkaulah yang benar-benar tahu apa saja yang telah aku pikirkan hingga menentukan apa saja yang aku lakukan. Sehingga tentu hanya engkau yang tahu setiap kegelisahan yang ada di hati ini. Bahkan keluarga atau sahabat terdekatku sekalipun tak benar-benar mengenal siapa diriku sebenarnya. Ya... hanya engkau....

Tak ada ragu dalam hatiku
pastikan aku jadi cintamu
seiring waktu yang tlah berlalu
mungkin kau yang terakhir untukku
Seiring waktu yang terus berlalu, hatiku telah hilang dari ragu. Tentu hati ini semakin yakin bukan akan betapa kesetiaan dan kasihmu padaku. Berhak kah aku meminta kepastian agar cintamu tetap untukku? Meski sebenarnya seringkali aku menjadikan kau yang terakhir untukku. Seolah ketika tak ada opsi lain barulah aku menghampirimu.

reff:
akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku
janganlah engkau berubah
dalam menyayangi dan memahamiku
Aku pernah berjanji dan terus berusaha untuk melakukan apapun hanya untukmu. Semua yang kau minta akan aku turuti semampuku. Bahkan jikalau kau memintaku mencium batu di tengah keramaian sekalipun akan kulakukan untukmu. Semua itu tentu aku lakukan dengan segenap cintaku padamu. Cinta dari seorang yang tak punya apa-apa. Sedikit cinta yang entah berapa nilainya jika dibandingkan dengan setiap kasih dan sayangmu padaku. Maka, sudah layakkah aku memintamu untuk tetap menyayangi dan memahamiku? Layak tak layak, sungguh aku berharap kau tak berubah dalam meyayangi dan memahamiku.

pegang tanganku, genggam jariku
rasakan semua hangat diriku
megalir tulus untuk cintamu
tak ada yang lain di hatiku
Cobalah pegang tanganku, lalu genggam jemariku. Bahkan tanpa menyentuhnyapun aku yakin kau bisa merasakan betapa tulusnya cintaku padamu. Bahwa sungguh tak ada yang lain di hatiku selain dirimu. Atau jangan-jangan kau lebih tahu bahwa ternyata ada begitu banyak yang lain di hatiku selian dirimu? Ah, setidaknya kau tahu bagaimana usahaku untuk menjadikan kau yang pertama dan utama di hatiku.
akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku
janganlah engkau berubah
dalam menyayangi dan memahamiku

akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku
janganlah engkau berubah
dalam menyayangi dan memahamiku

oh oh inilah cintaku
oh oh kuberikan untukmu
oh oh setulus hatiku kuberikan untukmu

(akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku)

akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku
janganlah engkau berubah
dalam menyayangi dan memahamiku

akan kulakukan semua untukmu
akan kuberikan seluruh cintaku
janganlah engkau berubah
dalam menyayangi dan memahamiku

dalam menyayangi dan memahami
dalam menyayangi dan memahamiku
dan memahamiku
Duhai, benarkah perasaan ini keberadaannya hanya untukmu? Atau sebenarnya ini hanyalah topeng kepura-puraan untuk menutupi setiap kesalahan yang ada pada diriku kepadamu?

Setan Bertopeng Malaikat


Tikar-tikar sudah mulai digelar depan rumah. Ayah, ibu, anak berkumpul sekeluarga menyambut hari bar di tahun baru. Beberapa ada yang sambil bakar-bakar jagung, atau hanya camilan biasa lainnya. Bom! Bum! Tar! Jdar! Suara petasan sudah sejak tadi sedikit demi sedikit merusak kesunyian malam. Kurang lebih begitulah suasana di sekitar kampung saat ini.
Sudah tentu suara-suara itu menggangguku. Karena aku sangat menyukai kesunyian dan keheningan. Tetapi yang paling mengganggu dan mengusik adalah suara-suara dalam pikiran. DUUAARRR!! BOOMM!! JDDYARR!! Suaranya lebih menggelegar. Memori-memori lama menayangkan apa yang sudah kulakukan. Dosa-dosa kesalahan dan kemaksiatan sejak kecil sebelum sekolah dulu hingga saat ini.
Sadarlah aku bahwa sejak kecil alu memiliki potensi melakukan banyak kesalahan dan kemaksiatan yang besar. Baik dalam perkataan, sikap, maupun perilaku hingga menjadi kebiasaan dan karakter ketika dewasa saat ini. Hei, bukankah sejak kecil aku sering menyakiti orang lain tanpa belas kasihan? Meski puncak terakhirnya adalah ketika kelas TK memukul wajah teman yang badannya hampir dua kali lebih besar dariku sampai menangis. Karena setelah itu aku berhasil mengendalikan amarah dan menahan untuk tidak bertengkar di SD dan SMP.
Hei, bukankan sejak SD dulu ibuku sudah pernah memberi lampu kuning, semacam peringatan yang sangat jelas, “Fuzta ki menengan, tapi nek kadung ngomong nyelekit”. Dan sudah terbukti banyak orang yang tersakiti karena omonganku. Entah dalam bentuk sindiran, ejekan, hinaan, atau guyonan yang kelewat batas.
Keusilan dan keisenganku juga sering kelewat batas dan tentu menyakiti atau paling rendah membuat jengkel orang. Baik dalam dunia nyata atapun di media sosial. Sejak zaman sms, facebook, hingga WA. Pendiam seperti air tenang yang menghanyutkan hingga menenggelamkan.
Hei, ingatkah kemaksiatan yang sampai saat ini masih kulakukan ternyata bermula sejak kelas III SD dulu? Tobat pun hanya semacam hiasan dalam kurun waktu yang panjang. Tomat atau tobat maksiat. Tobat sehari sampe tiga hari tetapi kumat berbulan-bulan, begitu seterusnya.
Sudah seberapa tinggikah tumpukan dosa dan maksiat yang telah kulakukan? Sudah tak terhitung lagi bukan? Apa aku bisa mengendalkan ibadah dan amal-amal baikku? Tentu saja tidak. Karena sebenarnya ibadah dan amal baik yang kulakukan tak lebih hanyalah topeng belaka untuk menutupi keburukan-keburukan dan setiap kemaksiatan dan dosa yang sejak kecil memang sudah menetap dalam diri ini. Apakah topeng ini efektif? Ya, bagi manusia. Tapi bagi Tuhan Yang Maha Tahu tentu tak ada gunanya bukan?
ilustrator: Bast


Manusia-manusia yang menjadi temanku mengira aku orang baik dan lurus, padahal sangatlah busuk dan lebih buruk dari bangkai sekalipun.