Monday, January 16, 2012

(Dengarlah) Suara Hati!!!


Saat kita melihat sampah berserakan, apakah kau tak mendengar hati ini menjerit, meminta untuk membersihkannya? Tapi, apa yang kita lakukan? Sudahkah kita memenuhi keinginan hati kita untuk membersihkannya? Atau kita terkalahkan oleh gengsi sehingga kita membiarkan sampah-sampah itu berserakan?
Ketika kita duduk dengan nyaman di bus, dan kita melihat nenek dan kake yang sudah tua renta atau ibu yang sedang membawa bayi dan anaknya yang masih kecil, apa kau juga tak mendengar hati ini bergejolak, berharap mempersilahkannya duduk dengan tenang? Lalu, apa yang kita lakukan? Mempersilahkannya atau malah membiarkannya “menderita”?
Dikala kita melewati para pengemis jalanan; anak-anak yang seharusnya mengenyam pendidikan, ibu-ibu serta nenek-nenek yang kekurangan makan, apa kau tak mendengar jua hati ini berteriak, memohon agar kita memberi meski tak mencukupi bagi mereka, meski sedikit yang kita punya? Dan, apakah lantas kita memberi apa yang kita punya? Atau kita mementingkan keinginan kita yang sebenarnya tak lebih penting dari kesejahteraan mereka?
Begitu banyak hal-hal sepele yang baik untuk kita lakukan tapi kita melewatkannya, apalagi hal-hal besar yang sangat bermanfaat bagi orang banyak. Namun, kita lebih mementingkan diri kita sendiri. Meski sebenarnya apa yang kita inginkan itu sejatinya lebih sepele dan belum tentu baik bagi diri kita.
Mari sejenak kita berfikir, andai saja jika kita sedikit saja mau mendengar sekilas apa yang diungkapkan hati kita. Kemudian mau melakukan apa yang dibisikkanya; membersihkan sampah yang berserakan atau menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan, mempersilahkan ibu yang sedang hamil itu untuk duduk di tempat kita, dan memberikan apa yang kita punya, meski sedikit saja, untuk mereka yang sangat membutuhkan, maka takkan ada bakteri yang tersebar karena sampah yang berantakan itu, yang kemudian menimbulkan penyakit yang merugikan banyak orang. Takkan ada korban terluka hanya karena duri yang di tengah jalan. Ibu itu akan senang, lega karena dia bisa merasa aman, perhatian terhadap bayinya tak terduakan oleh dirinya yang juga harus menjaga keseimbangan.
Masih banyak sekali hal-hal lainnya yang lebih menyayat hati kita, tapi sudahkah kita mengobati sayatan-sayatan itu? Atau kita malah mengindahkannya, sehingga kita tak pernah mengecap hati yang sehat?
Jangan mengira dengan kita memberi sedikit waktu, uang dan kemampuan kita untuk melakukan hal-hal tersebut, lalu kita akan merasa rugi. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Kita juga akan merasa senang dan bahagia. Karena perbuatan baik itu berlaku berkebalikan, tak hanya baik bagi yang menerima kebaikan tapi juga bagi yang memberi kebaikan.
Dengarkanlah suara hati, karena dia selalu menyuarakan kebenaran dan membimbing untuk meraih kebahagiaan sejati.