Sunday, July 17, 2016

Kawan Lawan Sedih Senang Yang Sejati

Aku tak pernah benar-benar tahu dan paham apa perbedaan yang benar-benar membedakan antara kawan dan lawan. Kadang, kujumpai seorang kawan yang begitu dekat dan bersahabat tapi ternyata menyimpan kebencian dan kedengkian. Ada juga seorang lawan yang sangat memusuhi dan membenci tapi ternyata menyimpan begitu banyak kepedulian dan kadang memberi bantuan. Karena perbedaan kawan dan lawan hanyalah huruf K dan L belaka. Urutan huruf dalam abjad dan letak di keyboard kedua huruf yang berdekatan ini sangat memungkinkan kesalahan. Sehingga ketika bermaksud mengungkapkan kawan malah menjadi lawan, pun sebaliknya.
Aku menyaksikan orang-orang yang berhasil dan meraih apa yang mereka inginkan, orang yang senang ketika harapannya terwujudkan. Mereka mengekspresikan dengan meneteskan air mata. Tak berbeda dengan mereka yang dilanda kesedihan, kehilangan, kesakitan, dan lain-lainnya. Sehingga tampak seperti sedih dan senang itu sama saja; sama-sama membuat mata menangis.
Bukankah mereka yang waktu itu suka memukulku, menggoda dan mengerjaiku, dan segala kenakalan lainnya tapi di sisi lain juga pernah mentraktirku dan mengantar pulang ke rumah? bukankah mereka yang saat itu menjadi teman bermain ke mana saja, saling berjuang tapi ternyata mereka juga yang mencuri uangku, ikut membicarakan keburukanku bersama orang-orang yang membenciku? Bukankah orang-orang yang dekat denganku, mengetahui masalah-masalahku tapi mereka hanya sekedar tahu dan terus ingin tahu? Sedangkan orang yang sama sekali tidak tahu dan justru terkesan saling menjauhi tapi ketika dalam kesulitan mereka membantu? Apakah lawan dan kawan hanya berdasar waktu dan momen tertentu? Hingga pada akhirnya tak ada yang benar-benar menjadi kawan sejati. Sebaliknya tak ada juga lawan yang sejati.
Bukankah pernah kurasakan sedih yang berlebihan hingga rasanya seperti kehabisan air mata? Tetapi ternyata di balik kesedihan itu muncul berbagai kebahagiaan yang menjadi penawarnya? Bukankah pernah kurasakan bahagia sehingga rasanya benar-benar lupa terhadap setiap rasa sebelumnya seperti sakit, sedih, dan lainnya yang mengantarkan ke sana? Tetapi kemudian langsung jatuh kembali dalam kesedihan? Bukankah senang dan sedih hanyalah rasa atau emosi yang bergantung pada waktu, situasi dan kondisi? Sehingga tak ada yang namanya kesenangan sejati dan tak ada pula yang namanya kesedihan sejati.

Lalu siapakah yang menjadi kawan sejati atau lawan sejati? Adakah kesenangan yang sejati atau kesedihan yang sejati? Bagiku ada. Mereka mencakup semuanya. Mereka adalah kawan sejati sekaligus lawan sejati. Mereka lah kesenangan sejati sekaligus kesedihan yang sejati. Mereka adalah diri sendiri, waktu, serta situasi dan kondisi. Kita akan selalu berhadapan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan kita akan selalu bersandingan waktu yang terus mengiringi kita di manapun kita berada dan selama kita hidup di dunia. Untuk menentukan lawan atau kawan dan senang atau sedih adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita memaknai setiap situasi dan kondisi pada setiap waktu adalah tugas diri kita sendiri. Kita bisa memanfaatkan lawan kita untuk melawan apa yang seharusnya patut untuk di lawan, bahkan jika ytang patut dilawan itu adalah kawan kita sendiri. Kita bisa mengatur suasana hati kita untuk terus merasa bahagia atau senang dalam keadaan sedih sekalipun. Karena sejatinya dunia ini adalah fana, hanya sementara. Yang lawan bisa menjadi kawan, yang kawan bisa menjadi lawan. Ada saatnya ketika sedih mengantarkan kita kepada kebahagiaan. Sebaliknya ada masanya ketika kita terlalu bahagia atau senang tiba-tiba langsung menjadi sedih kembali karena keadaan. Maka kita harus menaklukkan lawan dalam diri kita sendiri untuk menjadi kawan. Kita harus bisa menguasai rasa dan emosi dalam diri sendiri untuk mengenal kesenangan atau kebahagiaan dan kesedihan sejati. 

Thursday, July 14, 2016

Ketidakteraturan Dalam Keteraturan dan Keteraturan Dalam Ketidakteraturan

Zaman edan. Morat-marit. Carut-marut. Entah kata apa lagi yang mungkin sering kita dengar untuk mengambarkan kondisi saat ini. Politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, media, kesehatan, bencana, pendidikan, dan segala lingkup kehidupan manusia.
Ilmuwan, cendekiawan, agamawan, politikus, wirausahawan, relawan, dan berbagai tokoh ahli lainnya menunjukkan kebolehannya entah lewat tulisan atau tindakan. Mereka semua mencoba menganilisis, mengadakan percobaan, mengadakan program, dan berbagai hal lainnya untuk mencari solusi dan membawa keadaan menjadi normal atau terkendali kembali. Bahkan mereka saling adu argumentasi untuk berebut menentukan eksekusi yang dirasa paling tepat dijadikan solusi atas setiap permasalahan yang terjadi. Hingga tak terasa tak hanya argumentasi saja yang keluar dari lisan, umpatan dan makian tak jarang ikut menghiasi suasana yang membuat semakin menjadi-jadi. Jangan-jangan mereka hanya bertujuan untuk memperkeruh suasana atau memperburuk keadaan(?)
Bah. Bedebah! Jerit rakyat yang tak tau apa-apa. Mereka hanya tahu apa yang mereka rasakan. Mereka tak punya waktu juga kapasitas untuk mencoba memahami situasi dan kondisi terkini. Mereka hanya tahu dan mungkin hanya ingin tahu bahwa keinginannya harus terpenuhi. Bahkan ada yang sampai memaki-maki para pegambil keputusan tertinggi.
Mungkinkah zaman edan, kondisi carut-marut dan morat-marit ini bisa diatur kembali sehingga mencapai kondisi yang nyaman, aman, makmur, dan sejahtera?
*************************
Hahaha. Bukankah kehidupan dunia ini hanya permainan dan senda gurau belaka? Bahkan tak jarang aku mendengar Tuhan tertawa. Sayang, para pemain permainan ini tak sadar dengan permaian yang dimainkan beserta aturannya. Mereka sangat serius layaknya sedang mendengar pelajaran dari guru atau sedang mengerjakan soal-soal ujian atau ulangan. Sebaliknya orang-orang yang sedang mengerjakan soal-soal ujian atau ulangan malah menganggapnya sebagai permainan.
Sebenarnya permainan ini sudah sangat terkenal. Bahkan sudah banyak yang bisa menyelesaikannya dalam hitungan detik. Kalau kita browsing lewat mbah google sudah banyak sekali tutorial, trik, metode, komunitas, dan berbagai hal lainnya yang membahas dan menjelaskan cara-cara untuk menyelesaikan permainan ini. Gambaran permainan saat ini adalah seperti ini:

Gambar tersebut menunjukkan bahwa susunan warna pada masing-masing sisi kubus tidak berada pada tempat yang benar. Sehingga tugas pemain adalah menyusun warna-warna tersebut sesuai pada tempatnya. Apakah untuk menyusunnya adalah suatu hal yang mudah atau susah?
Tergantung. Bagi orang yang tahu caranya, itu akan menjadi mudah. Seperti yang sudah saya katakan tadi, bahkan ada yang bisa menyelesaikannya dalam waktu beberapa detik saja. Tapi bagi otang yang tidak mengetahui caranya, dia mungkin hanya bisa menyelesaikan satu sisi saja. Tak bisa melanjutkan kelima sisi lainnya. Kemudian, jika orang itu bisa tetapi memutar-mutarnya tanpa melihatnya sama sekali maka orang itu tidak mungkin bisa menyelesaikannya. Bisa jadi malah semakin membuatnya acak-acakan.

Beginilah hasil akhir jika permainan berhasil. Semua warna terkumpul dalam satu sisi yang sama. Tidak ada yang salah tempat, semua menempati sesuai pada tempatnya. Jika pemain dapat membuatnya menjadi seperti ini, maka selanjutnya pemain tersebut dapat membuat variasi-variasi bentuk dari kombinasi warna-warna tersebut. Sehingga akan tampak seperti beberapa gambar berikut:


Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk kombinasi lainnya.
*****************************
Kawan, jika kau termasuk ahli dalam permainan rubik di atas, dapatkah kau menyatukan permasalahan negeri kita ini seperti menganggapnya permainan itu? Mungkin gambaran rubiknya akan seperti ini:

Karena tentu aspek-aspek dalam kehidupan manusia tidak hanya terdiri dari enam sisi. Banyak sekali aspek-aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hukum, agama, dan lainnya. Kawan, dalam hal ini aku tidak mengatakan bahwa tugas pemain dalam peran dunia adalah menyusun semuanya sesuai pada tempatnya. Ada kalanya begini, ada kalanya begitu. Bukankah bentuk kombinasi yang sesuai juga tampak indah? Nah, mungkin kita dapat mengkombinasikan aspek-aspek dalam kehidupan kita ini menjadi kombinasi yang indah, yang enak dipandang. Tidak tampak ruwet dan carut marut. Lalu, apakah kita dapat menyelesaikan permainan ini sendirian? Saya rasa tidak. Kita sangat saling membutuhkan dan melengkapi. Ada kalanya ilmu pengetahuan mendominasi dalam dibutuhkannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Namun terkadang juga perlu dikombinasikan dengan aspek lain seperti politik, agama, atau keadaan sosial. Dan banyak sekali kombinasi-kombinasi aspek dalam kehidupan kita. jika kita mampu memainkannya dengan baik, maka kita akan melihat indahnya kebersamaan, indahnya gradasi warna yang enak dipandang.

Hal ini mengingatkan saya pada ‘chaos theory’ yang saya hubuungkan sendiri dengan konsep takdir dalam bahasan lain. Apalagi rumus-rumus dalam rubik itu menunjukkan bahwa keteraturan dalam keatidakteraturan dan ketidakteraturan dalam keteraturan akan menghasilkan sebuah bentuk yang indah. Begitu juga dengan kondisi kehidupan kita di dunia ini. bahwa setiap kondisi alam dan sosial yang tampak berdiri sendiri, namun pada kenyataannya bisa jadi saling berhubungan. Kalau dalam teori psikologi mungkin yang mewakili adalah triadic reciprocal-nya Bandura yang katanya juga disebut dalam muqodimahnya Ibn Kholdun; bahwa perilaku-diri-lingkungan itu saling berpengaruh dan mempengaruhi. Maka kita, yang saya anggap sebagai pemain dalam permainan ini, sangat menentukan bagaimana kelanjutan permainan dalam ‘dunia rubik’ ini. 

Yin Yang


Yin Yang bukanlah simbol yang asing. Apalagi bagi orang-orang yang mempelajari tentang Taoism. Bagi penggemar film pasti juga pernah melihatnya dalam film-film China. Atau penggemar novel dan sastra China, pastinya juga pernah menemukan simbol ini. Terlebih mereka yang benar-benar mendalami dunia simbol, sejarah, filosofi yang berhubungan dengan Taoism, sejarah China, dan yang berhubungan dengannya.

Di sini saya tak akan menjelaskan tentang apa itu paham Taoism. Saya juga tak akan menjelaskan makna atau filosofi dari simbol tersebut. Karena memang bukan kapasitas saya untuk menjelaskan panjang lebar tentangnya. Juga karena saya hanya sebagai orang yang awam yang sedikit bacaan tentangnya. Di sini saya hanya ingin menjelaskan sedikit pelajaran dari apa yang saya dapatkan setelah beberapa saat memikirkannya. Bila ternyata ada kesamaan dengan konsep Taoism atau filosofi dari lambang tersebut maka itu mungkin hanya kebetulan belaka. Sebaliknya, jika ternyata tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengannya maka mohon maaf, ini berdasar pada logika dan pemikiran saya pribadi berdasar pengalaman dan latar belakang kehidupan yang saya miliki. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencampuri atau menodainya. Saya hanya ingin menggunakan pelajaran yang saya dapatkan untuk melihat kondisi lingkungan saat ini yang ada di sekitar kita dan hanya sekedar untuk berbagi.
Secara sederhana, ketika kita melihat gambar simbol Yin Yang maka akan dapat kita temukan ada titik hitam dalam bagian yang putih dan sebaliknya ada titik putih pada bagian yang hitam. Jika dihubungkan dengan kehidupan manusia, maka dapat diartikan bahwa tidak setiap orang baik itu baik secara keseluruhan. Ada satu bagian atau mungkin beberapa bagian dari dalam dirinya yang mengandung keburukan. Sebaliknya, tidak keseluruhan orang yang jahat atau buruk itu buruk. Ada satu bagian atau mungkin beberapa bagian dari dirinya yang mangandung kebaikan.
Penilaian manusia berdasar penjelasan di atas bagi saya adalah dilihat dari sudut pandang penilaian setelah kita mengenalnya. Bisa juga dikatakan sebagai penilaian dari apa yang ditampakkan oleh manusia yang bersangkutan. Berbeda dengan apa yang dibahas dalam Al-Quran yang melihat dari sudut pandang sebelum manusia menentukan sikap atau perilakunya. Al-Quran menjelaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10 yang berbunyi:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا  (10)
Artinya: 7. Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, 8. Maka Dia mengilhamkan padanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. 9. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), 10. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
Ayat tersebut menggambarkan bahwa setiap manusia meiliki potensi dalam melakukan kebaikan atau keburukan. Tetapi manusia diberi kebebasan untuk memilih tindakan yang nantinya akan dipertanggungjawabkan.
Maaf, pembahasan kita sedikit melenceng. Tadi saya bilang akan menghubungkan pelajaran yang saya dapat dari simbol Yin Yang dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita, bukan menghubungkannya dengan manusia dan Al-Quran. Oke, kita kembali pembahasan simbol dan hubungannya dengan kondisi lingkungan di sekitar kita saat ini.
Bagi saya, simbol Yin Yang ini dapat dipakai sebagai sudut pandang untuk menilai apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita saat ini. Dalam sebuah lembaga, organisasi, kumpulan, atau pemerintahan sekalipun. Maka kita dapar mengatakan bahwa tidak ada satupun lembaga, organisasi, atau sebagainya itu yang baik secara keseluruhan atau buruk secara keseluruhan. Ada bagian kecil di dalam sana yang mengandung unsur sebaliknya. Maka kita harus berhati-hati dalam menentukan sikap ketika kita berinteraksi dengan mereka. Hal ini bukan bertujuan untuk menanamkan prasangka, terlebih untuk menekankan sifat kehati-hatian kita dalam berbagai hal. Kita harus terus bekerja dan berusaha tapi tetap terus waspada. Kita harus berpikir cerdik tapi bukan berpikir picik atau licik.
Saya berani mengatakan bahwa potensi kebaikan dan keburukan itu bisa ada di ranah mana saja. Dalam pendidikan, ilmu pengetahuan itu memang penting dan bermanfaat bagi mansuia. Namun jika ilmu pengetahuan dan kepandaian digunakan untuk menipu dan merugikan orang maka hal ini akan menjadi hal yang buruk. Maka kita harus menanamkan yang kita mulai dari diri kita sendiri bahwa ilmu pengetahuan dan kepandaian yang kita miliki harus kita pastikan untuk kebermanfaatan bersama, juga mengembangkan potensi-potensi baik yang ada. 
Hal remeh temeh sekalipun dapat kita lihat dengan sudut pandang Ying Yang ini. Seperti film atau tontonan TV yang sering diresahkan berpengaruh terhadap perilaku anak-anak saat ini. Apakah benar film-film yang mereka khawatirkan itu menanamkan nilai buruk dan kejahatan? Seperti agresifitas, suka memukul, mengajarkan hubungan antara laki-laki dan perempuan belum pada umurnya, suka berkelahi, dan berbaai hal buruk yang dikhawatirkan? Secara teknis mungkin bisa dikatakan iya. Namun, siapakah yang patutu disalahakan? Apakah sutradara, penulis cerita, produser, atau yang mempublikasikan filmnya? Saya rasa tidak satupun dari mereka. Saya sendiri banyak belajar nilai-nilai baik dari film-film yang mereka khawatirkan. Saya pun menyadari bahwa begitu banyak potensi keburukan yang ditimbulkan dari siaran-siaran tersebut. Namun, akan lebih bijak jika kita mengevaluasi diri kita sendiri. Dalam masa kanak, tahapan mereka adalah mengenali mana yang benar dan mana yang salah. Maka yang dibutuhkan adalah pembimbing untuk mengarahkan, membimbing, dan mengajarkan untuk mengenali dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian sedikit-demi sedikit diajarkan dan dibimbing untuk membiasakan hal-hal yang baik. Siapa yang sebenarnya bersalah? Tontonan-tontonan tersebut atau pembimbing yang meninggalkan tugasnya sebagai pembimbing? Sebenarnya banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam film-film tersebut seperti perjuangan atau memperjuangkan keadilan, berdamai dengan masa lalu, terus berusaha dan tidak menyerah, persahabatan, kerja sama, kekeluargaan, tidak cinta harta, sikap ksatria, dan masih banyak lagi. Akankah kita mengabaikan kebaikan-kebaikan tersebut?
Hal kecil lain yang juga bisa dilihat dengan sudut pandang ini; berita dan media. Hal kecil tapi memiliki dampak yang besar. Pada dasarnya bagi saya berita itu biasa-biasa saja tetapi tak bisa dianggap biasa. Karena ternyata berita juga bisa memiliki nilai yang baik/positif dan juga bisa memiliki nilai yang buruk/negatif. Berita memiliki sifat yang nonfiksi atau bisa dibilang nyata/fakta. Namun, dalam pembahasan berita ada hal yang perlu kita garis bawahi bahwa di dalam berita ada yang berupa fakta dan ada juga yang berupa opini. Sehingga sebagai pembaca kita harus berhati-hati dalam mengolah informasi dari berita yang kita baca. Kita harus paham mana yang berupa fakta dan mana yang opini. Terlebih jika ternyata berita itu memiliki dampak yang negatif apabila terus menerus diberitakan. Dampak negatif itu seperti menimbulkan perpecahan, pertikaian, permusuhan, dan semacamnya meskipun dalam dunia maya.

Pada dasarnya setiap sesuatu itu bisa dikatakan bersifat netral. Persepsi manusia lah yang menentukan baik atau buruknya. Persepsi manusia dalam melihatpun juga tergantung pada sudut pandang, latar belakang pengetahuan, dan berbagai perbedaan lainnya. Maka, kita sebagai manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan penilaian-penilaian atas sesuatu. Jika kita hanya fokus pada titik hitam yang berada di tengah bagian yang putih, bisa jadi kita melupakan bagian putih tersebut, seolah semua hitam. Atau ketika kita fokus pada bagian hitam yang memang dominan, tidak mau mencoba melihat sesuatu yang lain, maka kita pun tak akan dapat menemukan bagian yang putih yang ada di dalamnya. Sebaliknya, ketika kita melihat bagian yang putih dan fokus pada bagian itu, bisa jadi ketika suatu saat kita menemukan bagian yang hitam akan mempertanyakannya. Namun semua tergantung bagaimana sikap kita menanggapinya; akankah kita fokus pada bagian hitam itu dan melupakan bagian putih yang dominan atau mencoba sedikit demi sedikit mengurangi pengaruh bagian yang hitam tersebut. Atau ketika kita tahu bahwa sesuatu itu tampak dominan yang hitam dan suatu saat menemukan bagian yang putih, apakah yang akan kita lakukan? Tetap menilainya bahwa dia hitam/buruk atau membantu mengoptimalkan bagian putih/baik yang masih kecil untuk dikembangkan lebih besar lagi.