Friday, December 11, 2015

Perjalanan Bersama

Duhai kawan, bukankah sudah pernah kusampaikan secara terang-terangan padamu, baik lisan maupun tulisan? Bukankah berulang kali secara implisit juga kusampikan?

“Janganlah berjalan di belakangku, karena aku tak mau kau mengikutiku
Jangan pula berjalan di depanku, karena aku tak mau mengikutimu
Tapi berjalanlah di sampingku, kita berjalan bersama, saling mengingatkan dan menguatkan”

Aku tak ingin di depanmu, karena aku takut terlalu fokus di depan sehingga melupakan bahwa ada kamu di belakangku. Aku takut meninggalkanmu atau terpisah darimu sementara ujung perjalanan masih jauh dari pandangan. Aku tak berani di depan, karena bisa jadi dan kemungkinannya sangat tinggi aku salah membaca rambu-rambu jalan, sehingga justru malah menyesatkan.
Aku juga tak mau di belakangmu. Bisa jadi juga kau terlalu cepat di depan dan melupakanku. Sementara aku tertinggal jauh di belakang dan tak bisa lagi melihatmu. Selain itu akupun tak bisa menjamin kau benar-benar tahu dan memahami peta itu.  
Memang pemimpin harus tetap ada. Namun, kita bisa berbagi tugas bukan? dan tentu pemimpin di sini tak bisa diartikan harfiah harus di depan bukan? dan ketika pemimpin salah, bukankah yang dipimpin juga punya kewajiban untuk mengingatkan dan mengarahkan pemimpin?
Akan tiba masanya ketika salah satu dari kita tertutup pandangannya, terbelokkan arahnya, keluar dari jalurnya, maka salah satu diantara kita yang melihat dan memahami peta-lah yang akan meluruskannya kembali.
Akan ada saatnya ketika mungkin salah satu diantara kita tesandung dan jatuh terjerembab. Maka salah satu diantara kita yang tidak terjatuhlah yang akan menolong dan membantu untuk kembali bangkit.
Lebih banyak lagi, dan selalu akan selalu bertambah lebih lagi, situasi kondisi dan keadaan yang di luar dugaan kita. bisa jadi kita akan berpisah di tengah jalan sebelum sampai di tujuan. Entah karena persimpangan yang berbeda jalan, atau salah satu diantara kita harus kembali, atau justru salah satu diantara kita harus berhenti.
Kawan, mari kita eratkan genggaman. Mari kita kuatkan dengan bergandengan. Mari bersama meniti jalan, menghadapi rintangan, menyelesaikan permasalahan, dan mari songsong tujuan dengan keberhasilan yang gemilang.
Yogyakarta, 2012-2015

No comments:

Post a Comment