Wednesday, December 9, 2015

Sebuah Pandangan

Jikalau tujuan seolah tak dapat diraih, mengapa masih di sini?
Sebuah pertanyaan yang menggigit atau sebuah keadaan yang sulit. Ketika seolah langkah kaki sudah gontai, ketika tangan seolah tak sampai lagi untuk menggapai, ketika seluruh anggota tubuh sudah lunglai, lalu untuk apa hidup ini? Ke arah mana lagi perjalanan ini?
Mengapa masih di sini? Karena keyakinan harus dikuatkan bahwa seberat apapun permasalahan pasti selalu ada solusi yang ditawarkan. Sebanyak apapun ujian pasti memiliki penyelesaian. Setinggi apapun gunung yang menghadang pasti ada jalan setapak untuk menaklukkan.
Mengapa masih di sini? Karena pasti bukan sebuah kebetulan suatu keadaan masih di sini. Selalu ada makna dalam setiap peristiwa. Selalu ada arti mengapa suatu hal bisa terjadi. Masih di sini, berarti menunjukkan bahwa masih ada peran di sini. Siapa bilang tujuan itu tidak dapat dicapai? Mungkin bisa jadi iya. Tapi, kalaupun toh tidak bisa mencapainya, masih di sini menunjukkan bahwa ada peran dalam pencapaian. Perjuangan harus tetap dilakukan, meski tujuan itu pada nantinya tercapai bukan dengan tangan si pejuang. Namun keyakinan harus tetap kuat bahwa apapun yang dilakukan pasti memiliki pengaruh terhadap tercapainya tujuan. Keyakinan menjadi landasan atas setiap hal yang dilakukan. Meski harus berjuang dengan sendirian.

Ketika kebencian, kedengkian dan kekecewaan meracuni hati dan tak bisa lagi diobati, modal apalagi yang bisa diandalkan?
Ketika banyak hal yang membuat sakit hati dan benci, ketika seolah ketidakadilan dan kecemburuan menumbuhkan tanaman iri dan dengki, ketika banyak orang di sekitar yang tak dapat lagi digantungi harapan, hanya satu hal yang mampu diandalkan.
Modal apa lagi yang dapat diandalkan?
Cinta. Karena cinta mampu merobohkan sekokoh apapun bangunan kebencian. Cinta mampu menggugurkan tumpukan batu kedengkian. Dan cinta mampu menghapuskan sekelam apapun kekecewaan.

Keyakinan dan cinta. Dua kombinasi yang saling mengikat dan menguatkan. Ikatan yang menghasilkan kesungguhan dalam berusaha tapi juga melibatkan perasaan hati dan emosi di dalamnya. Namun, keyakinan dan cinta tak selayaknya diumbar begitu saja. Tak sedikit orang yang mengatakan keyakinan atas cintanya tapi tak memahami dan mendalami apa yang dikatakannya. Maka butuh satu hal lagi untuk membungkusnya, untuk menghiasnya agar tampak elegan dan justru meyakinkan.
Sebuah bungkus/cover harus tampak menarik, membuat orang penasaran apa yang sebenarnya disembunyikan. Sebuah bungkus yang tampak menarik bagiku adalah kacamata hitam. Bukan kacamata orang buta, bukan pula kacamata kuda, apalagi kacamata bajak laut yang hanya sebelah saja. Kacamata hitam terlihat elegan. Cukup untuk menyembunyikan pandangan keyakinan dan cinta yang mendalam. Terlebih lagi, kacamata hitam menimbulkan banyak sekali penilaian. Ada yang mengira orang buta, seolah tak melihat apa-apa di depannya. Ada yang mengira kacamata kuda, hanya terfokus pada apa yang ada di depannya, tak bisa melihat di kanan-kirinya. Ada juga yang mengira kacamata bajak laut, pandangan yang sombong dan congkak, beringas dan kejam. Namun, kacamata hitam justru adalah kebalikan semuanya. Dia justru melihat banyak hal yang ada di depannya, di kanan kirinya, tanpa sepengetahuan orang-orang yang dilihatnya. Dia justru melihat dengan tatapan kasih sayang namun juga tetap tegas dan tegar.
Kekuatan yang tersamarkan dengan kecacatan. Kepedulian yang terbelokkan dengan mengalihkan pandangan. Ketulusan yang terbayangi oleh keterpaksaan.

Hmmm, sebuah tulisan tak jelas dan membingungkan.

9 Desember 2015

No comments:

Post a Comment