Jikalau
tujuan seolah tak dapat diraih, mengapa masih di sini?
Sebuah
pertanyaan yang menggigit atau sebuah keadaan yang sulit. Ketika seolah langkah
kaki sudah gontai, ketika tangan seolah tak sampai lagi untuk menggapai, ketika
seluruh anggota tubuh sudah lunglai, lalu untuk apa hidup ini? Ke arah mana
lagi perjalanan ini?
Mengapa
masih di sini? Karena keyakinan harus dikuatkan bahwa seberat apapun
permasalahan pasti selalu ada solusi yang ditawarkan. Sebanyak apapun ujian
pasti memiliki penyelesaian. Setinggi apapun gunung yang menghadang pasti ada
jalan setapak untuk menaklukkan.
Mengapa
masih di sini? Karena pasti bukan sebuah kebetulan suatu keadaan masih di sini.
Selalu ada makna dalam setiap peristiwa. Selalu ada arti mengapa suatu hal bisa
terjadi. Masih di sini, berarti menunjukkan bahwa masih ada peran di sini.
Siapa bilang tujuan itu tidak dapat dicapai? Mungkin bisa jadi iya. Tapi,
kalaupun toh tidak bisa mencapainya, masih di sini menunjukkan bahwa ada peran
dalam pencapaian. Perjuangan harus tetap dilakukan, meski tujuan itu pada
nantinya tercapai bukan dengan tangan si pejuang. Namun keyakinan harus tetap
kuat bahwa apapun yang dilakukan pasti memiliki pengaruh terhadap tercapainya
tujuan. Keyakinan menjadi landasan atas setiap hal yang dilakukan. Meski harus
berjuang dengan sendirian.
Ketika
kebencian, kedengkian dan kekecewaan meracuni hati dan tak bisa lagi diobati,
modal apalagi yang bisa diandalkan?
Ketika
banyak hal yang membuat sakit hati dan benci, ketika seolah ketidakadilan dan
kecemburuan menumbuhkan tanaman iri dan dengki, ketika banyak orang di sekitar
yang tak dapat lagi digantungi harapan, hanya satu hal yang mampu diandalkan.
Modal
apa lagi yang dapat diandalkan?
Cinta.
Karena cinta mampu merobohkan sekokoh apapun bangunan kebencian. Cinta mampu
menggugurkan tumpukan batu kedengkian. Dan cinta mampu menghapuskan sekelam
apapun kekecewaan.
Keyakinan
dan cinta. Dua kombinasi yang saling mengikat dan menguatkan. Ikatan yang
menghasilkan kesungguhan dalam berusaha tapi juga melibatkan perasaan hati dan
emosi di dalamnya. Namun, keyakinan dan cinta tak selayaknya diumbar begitu
saja. Tak sedikit orang yang mengatakan keyakinan atas cintanya tapi tak
memahami dan mendalami apa yang dikatakannya. Maka butuh satu hal lagi untuk
membungkusnya, untuk menghiasnya agar tampak elegan dan justru meyakinkan.
Sebuah
bungkus/cover harus tampak menarik, membuat orang penasaran apa yang sebenarnya
disembunyikan. Sebuah bungkus yang tampak menarik bagiku adalah kacamata hitam.
Bukan kacamata orang buta, bukan pula kacamata kuda, apalagi kacamata bajak
laut yang hanya sebelah saja. Kacamata hitam terlihat elegan. Cukup untuk
menyembunyikan pandangan keyakinan dan cinta yang mendalam. Terlebih lagi,
kacamata hitam menimbulkan banyak sekali penilaian. Ada yang mengira orang
buta, seolah tak melihat apa-apa di depannya. Ada yang mengira kacamata kuda,
hanya terfokus pada apa yang ada di depannya, tak bisa melihat di
kanan-kirinya. Ada juga yang mengira kacamata bajak laut, pandangan yang
sombong dan congkak, beringas dan kejam. Namun, kacamata hitam justru adalah
kebalikan semuanya. Dia justru melihat banyak hal yang ada di depannya, di
kanan kirinya, tanpa sepengetahuan orang-orang yang dilihatnya. Dia justru
melihat dengan tatapan kasih sayang namun juga tetap tegas dan tegar.
Kekuatan
yang tersamarkan dengan kecacatan. Kepedulian yang terbelokkan dengan
mengalihkan pandangan. Ketulusan yang terbayangi oleh keterpaksaan.
Hmmm,
sebuah tulisan tak jelas dan membingungkan.
9
Desember 2015
No comments:
Post a Comment