Segala
puji bagi Engkau wahai Tuhan semesta alam. Raja Yang Maha Raja, Yang Maha Mengatur,
Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Segalanya dengan segala
sifat-sifat yang tidak ada yang bisa menyetarainya. Begitu kasihnya Engkau
bahkan orang yang ingkar dan membelokkan jalan-Mu pun masih Engkau beri nikmat yang
tak terhitung pula. Begitu tingginya sayang-Mu sehingga hamba yang masih banyak
dosapun masih Engkau beri kesempatan untuk melakukan taubatan nasuhaa. Dan begitu
banyak lagi sifat-sifat yang jika dituliskan tak akan pernah selesai aku
tuliskan. Meski aku mengerahkan semua bala bantuan.
Tuhan,
sungguh hamba sedang kebingungan. Hamba serasa dalam jalan yang remang-remang.
Padahal surat cinta-Mu ada dalam genggaman. Surat cinta yang berisi peta
tujuan, petunjuk jalan, lentera dalam perjalanan, penawar atas setiap
kesakitan, juga pembeda antara jalan yang benar dan menyesatkan. Namun hamba tak
mengenal simbol-simbol dalam peta itu, masih belum bisa membaca petunjuk jalan
itu, tak mampu mengaplikasikan lentera, tak kuasa meramu obat penawar, dan
selalu kebingungan di tengah persimpangan jalan.
Tuhan,
sungguh hamba sangat kebingungan. Hamba berada di tengah jalan dengan begitu
banyak persimpangan. Ku coba melangkah menurut peta tujuan, tapi kemudian aku
disalahkan. Kulihat orang-orang di sekitar juga menentukan jalan, tetapi hatiku
kurang cocok dengan jalan yang mereka tentukan. Padahal peta yang kami gunakan
adalah sama. Namun cara kami memahami peta itu yang berbeda.
Tuhan,
aku mencoba memahami bahwa tujuan itu hanya satu, tetapi bisa jadi diantara
banyak persimpangan ini tidak hanya ada satu jalan untuk mencapai tujuan itu. Aku
hanya memilih satu yang cocok sesuai hatiku. Tapi aku tetap tak bisa abai
kepada orang-orang di sekitar. Memang begitu banyak yang sudah menentukan
pilihan, tetapi tak sedikit juga mereka yang kebingungan menentukan jalan. Aku sangat
ingin membantu mereka. Setidaknya membantu mereka dalam menentukan pilihan, membantu
mereka mebaca peta, memahami simbol-simbol di dalamnya, mengaplikasikan
lentera, meramu obat penawar, serta menentukan arah tujuan. Bukan, bukan untuk
mengikuti jalan yang aku tentukan, karena bisa jadi arah yang aku pilih justru
menyesatkan. Di sisi lain, aku sangat benci terhadap cara beberapa orang yang
merasa pilihannyalah yang paling benar. Sungguh, aku tak pernah membantah atau
tak sepakat dengan apa yang mereka tentukan. Aku hanya membenci sikap mereka
yang merendahkan pilihan orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, sedangkan
standar kebenaran yang mereka gunakan bukan pada kebenaran yang murni,
tercampur oleh kepentingan golongan atau pribadi. Atau bisa jadi mereka sudah
terpengaruh oleh musuh yang sengaja membelokkan arah dan tujuan.
Tuhan,
aku merasa sudah begitu banyak orang yang mengaburkan makna-makna simbol atas
surat cinta-Mu. Tak sedikit dari mereka yang membelokkan arah dalam peta itu. Ada
yang selalu berusaha meredupkan lentera-Mu. Banyak juga yang menawarkan obat
penawar lain selain obat dari-Mu. Maka orang yang tersesat makin tersesat.
Orang yang butuh cahaya malah menjadi buta, menabrak sana-sini penuh luka. Orang
yang sakit semakin parah sakitnya.
Tuhan,
sungguh suasana yang kurasakan serba membingungkan dan menakutkan. Kabut gelap
menyelimuti alam, sementara lentera menyala tapi kurang terang. Tak ada hitam
dan putih, semua serba abu-abu. Obat dan racun mencampur jadi satu, sehingga
sudah sulit lagi untuk diramu.
اَللَّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ
وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Tuhan, tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu
benar, dan karuniakanlah pada kami untuk mengikutinya. Tuhan, tunjukkanlah pada
kami bahwa yang salah itu salah, dan karuniakanlah pada kami untuk menjauhinya.
25 Desember 2015
No comments:
Post a Comment