Friday, December 25, 2015

Kontemplasi

Segala puji bagi Engkau wahai Tuhan semesta alam. Raja Yang Maha Raja, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Segalanya dengan segala sifat-sifat yang tidak ada yang bisa menyetarainya. Begitu kasihnya Engkau bahkan orang yang ingkar dan membelokkan jalan-Mu pun masih Engkau beri nikmat yang tak terhitung pula. Begitu tingginya sayang-Mu sehingga hamba yang masih banyak dosapun masih Engkau beri kesempatan untuk melakukan taubatan nasuhaa. Dan begitu banyak lagi sifat-sifat yang jika dituliskan tak akan pernah selesai aku tuliskan. Meski aku mengerahkan semua bala bantuan.
Tuhan, sungguh hamba sedang kebingungan. Hamba serasa dalam jalan yang remang-remang. Padahal surat cinta-Mu ada dalam genggaman. Surat cinta yang berisi peta tujuan, petunjuk jalan, lentera dalam perjalanan, penawar atas setiap kesakitan, juga pembeda antara jalan yang benar dan menyesatkan. Namun hamba tak mengenal simbol-simbol dalam peta itu, masih belum bisa membaca petunjuk jalan itu, tak mampu mengaplikasikan lentera, tak kuasa meramu obat penawar, dan selalu kebingungan di tengah persimpangan jalan.
Tuhan, sungguh hamba sangat kebingungan. Hamba berada di tengah jalan dengan begitu banyak persimpangan. Ku coba melangkah menurut peta tujuan, tapi kemudian aku disalahkan. Kulihat orang-orang di sekitar juga menentukan jalan, tetapi hatiku kurang cocok dengan jalan yang mereka tentukan. Padahal peta yang kami gunakan adalah sama. Namun cara kami memahami peta itu yang berbeda.
Tuhan, aku mencoba memahami bahwa tujuan itu hanya satu, tetapi bisa jadi diantara banyak persimpangan ini tidak hanya ada satu jalan untuk mencapai tujuan itu. Aku hanya memilih satu yang cocok sesuai hatiku. Tapi aku tetap tak bisa abai kepada orang-orang di sekitar. Memang begitu banyak yang sudah menentukan pilihan, tetapi tak sedikit juga mereka yang kebingungan menentukan jalan. Aku sangat ingin membantu mereka. Setidaknya membantu mereka dalam menentukan pilihan, membantu mereka mebaca peta, memahami simbol-simbol di dalamnya, mengaplikasikan lentera, meramu obat penawar, serta menentukan arah tujuan. Bukan, bukan untuk mengikuti jalan yang aku tentukan, karena bisa jadi arah yang aku pilih justru menyesatkan. Di sisi lain, aku sangat benci terhadap cara beberapa orang yang merasa pilihannyalah yang paling benar. Sungguh, aku tak pernah membantah atau tak sepakat dengan apa yang mereka tentukan. Aku hanya membenci sikap mereka yang merendahkan pilihan orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, sedangkan standar kebenaran yang mereka gunakan bukan pada kebenaran yang murni, tercampur oleh kepentingan golongan atau pribadi. Atau bisa jadi mereka sudah terpengaruh oleh musuh yang sengaja membelokkan arah dan tujuan.
Tuhan, aku merasa sudah begitu banyak orang yang mengaburkan makna-makna simbol atas surat cinta-Mu. Tak sedikit dari mereka yang membelokkan arah dalam peta itu. Ada yang selalu berusaha meredupkan lentera-Mu. Banyak juga yang menawarkan obat penawar lain selain obat dari-Mu. Maka orang yang tersesat makin tersesat. Orang yang butuh cahaya malah menjadi buta, menabrak sana-sini penuh luka. Orang yang sakit semakin parah sakitnya.
Tuhan, sungguh suasana yang kurasakan serba membingungkan dan menakutkan. Kabut gelap menyelimuti alam, sementara lentera menyala tapi kurang terang. Tak ada hitam dan putih, semua serba abu-abu. Obat dan racun mencampur jadi satu, sehingga sudah sulit lagi untuk diramu.
اَللَّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Tuhan, tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu benar, dan karuniakanlah pada kami untuk mengikutinya. Tuhan, tunjukkanlah pada kami bahwa yang salah itu salah, dan karuniakanlah pada kami untuk menjauhinya.
25 Desember 2015

No comments:

Post a Comment