apakah hidupmu benar-benar bermakna?
apakah kau benar-benar sadar , jauh-jauh pergi dari rumah, memilih untuk
belajar?
apakah benar tujuanmu sekolah-kuliah adalah belajar?
ataukah hanya demi ijazah yang hanya selembar?
lalu, akankah mengikuti kebanyakan orang, lulus, kerja, cari pasangan?
seperti itu kah?
kalau begitu, apa bedanya kau dengan binatang, mereka
hanya sekedar mencari makan, mencari pasangan, melampiaskan kebutuhan, dan
seterusnya?
apakah kau benar-benar hidup
kawan?
Berawal dari status di facebook, sebuah pertanyaan mendasar
yang mungkin sering atau beberapa kali mampir dalam benak (beberapa) orang. tak
jarang pertanyaan-pertanyaan itu pun mampir dan mengganggu aktifitasku. Hingga akhirnya
aku tuliskan dalam status facebook-ku.
Sehari kemudian, aku buka kembali facebook itu dan kudapati tiga
komentar dari temanku:
1.
bekerja: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى
مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau keluarkan
di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan
seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu
orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk
keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan
tadi, pen)”
(HR. Muslim no. 995).
2.
melampiaskan hubungan: Dari Abi Dzar
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
( وفي بُضع أحدكم
صدقة ) – أي في جماعه لأهله – فقالوا : يا رسول الله أيأتي أحدنا شهوته ويكون له
فيها أجر ؟ قال عليه الصلاة والسلام : ( أرأيتم
لو وضعها في الحرام ، أكان عليه وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر )
رواه مسلم
”Dan di dalam kemaluan salah
seorang di antara kalian adalah sedekah.” -Maksudnya dalam jima’nya (hubungan
intim) terhadap istrinya- Maka mereka (Sahabat) berkata:”Wahai Rasulullah!
Apakah salah seorang di antara kami mendatangi keluarganya (menunaikan
syahwatnya/jima’) dan dia mendapatkan pahala?” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berabda:”Bukankah apabila dia menunaikannya (jima’) di tempat
yang haram dia akan mendapatkan dosa?” Maka demikian juga seandainya dia menunaikannya
di tempat yang halal (istrinya) maka dia akan mendapatkan pahala.”(HR. Muslim)
3.
hidup
memang seperti itu tongue emoticon setiap
orang sudah ditakdirkan dg amaalnya, jangan mempersulit hidup fuz XD:
عَنْ عَلِىٍّ - رضى الله عنه - قَالَ كَانَ
النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فِى جَنَازَةٍ فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ
يَنْكُتُ بِهِ الأَرْضَ فَقَالَ « مَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ
مِنَ الْجَنَّةِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا
وَنَدَعُ الْعَمَلَ قَالَ « اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ ،
أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ
السَّعَادَةِ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ
أَهْلِ الشَّقَاوَةِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى *
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ) الآيَةَ
Artinya:
“Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pernah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasalllam pada sebuah jenazah, lalu beliau berdiam sejenak, kemudian beliau
menusuk-nusuk tanah, lalu bersabda:“Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan
telah dituliskan tempatnya dari neraka dan tempatnya dari surga”. Para shahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak bersandar atas takdir kita dan
meninggalkan amal?”, beliau menajwab: “Beramallah kalian, karena setiap sesuatu
dimudahkan atas apa yang telah diciptakan untuknya, siapa yang termasuk orang
yang ditakdirkan bahagia, maka akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan
penghuni surga, adapun siapa yang ditakdirkan termasuk dari dari orang yang
ditkadirkan sengsara, maka ia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan penghuni
neraka”. Kemudian beliau membaca ayat:
{فَأَمَّا
مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَى (7)} [الليل: 5 - 7]
Artinya:
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”. “Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”. “Maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah”. QS. Al Lail: 5-7.
Komentar itu cukup bagiku untuk menjadi tamparan dan menjadi bahan
renungan. Apakah selama ini aku benar-benar mempersulit hidupku sendiri? Hingga
akhirnya hadits-hadits yang dipaparkan temanku itu menerbangkanku pada
ayat-ayat ini dan terus menjadi renunganku:
1.
Bekerja
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Al-Qoshosh: 77)
Allahpun juga mem-firmankan untuk
kita agar tidak melupakan kebahagiaan dunia, tapi sebelum itu, Allah menekankan
pada kebahagiaan di akherat
2.
Melampiaskan nafsu
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imran:14)
karena memang sudah ditentukan
mana-mana saja yang akan menjadi kebutuhan manusia, melampiaskan nafsu
manusia...
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ
إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسُُ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسُُ لَّهُنَّ عَلِمَ
اللهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا
عَنكُمْ فَالْئَانَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَاكَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْلِ وَلاَ
تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ
فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَّقُونَ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam
hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya
mereka bertakwa.”
(Al-Baqarah: 187).
bahkan tata caranyapun juga telah
diatur, ada batasan-batasannya
3. tidak, tidak
tidak
sekedar ditakdirkan, Allah sendiri mengulang firmannya dua kali untuk manusia
agar mereka beramal, karena amalnya akan dilihat dan akan dipertanggung
jawabkan...
..... وَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
-
“.........Dan
Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan
kepada Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah:94)
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan” (At-Taubah:105)
terlebih
lagi, 5 kali Allah berfirman menyuruh utusannya berkata kaumnya untuk beramal
sesuai kehendak dan kemampuannya yang nantinya akan dibedakan mana yang
beruntung mendapat balasan dan satu lagi mendapat adzab/siksa yang
menghinakan...
“Dan
katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: "Berbuatlah menurut
kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula)." Dan tunggulah (akibat
perbuatanmu); sesungguhnya kamipun menunggu (pula)." (Hud:
121-122)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik,
ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat?
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan” (Fushshilat: 40)
“Katakanlah:
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat
(pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”
(Al-An'am: 135)
“Dan
(dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab
yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan),
sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."
(Hud: 93)
“Katakanlah:
"Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan mendapat siksa
yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal." (Az-Zumar:
39-40)
mempersulit hidup hanyalah
interpretas belaka atas apa yang aku tuliskan. tapi, bagaimanakah sikap kita
menghadapi sindiran atau peringatan atas ayat ini?
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ
الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ
بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A'raf: 179)
berapa kali juga dalam Al-Quran
kita disindir dan dipancing "maka apakah kalian tidak berpikir?"
dan pertanyaan-pertanyaanku diatas
bagiku patut untuk dipikirkan, hmmmm, tak sekedar dipikirkan sebenarnya,
malinkan menuntut jawaban dalam sikap bagaimana menjalani kehidupan ini
apakah aku mempersulit hidup?
terserah bagaimana interpretasi itu, tapi yang jelas aku
menikmati permainan dan senda gurau ini....
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan
senda gurau belaka[468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An'am: 32)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui (Al-Ankabut:
64)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda
gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala
kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu (Muhammad: 36)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu(Al-Hadid: 20)