Saturday, September 20, 2014

Sejenak

Sebelum waktumu terasa terburu
Sebelum lelahmu menutup mata
Adakah langkahmu terisi ambisi
Apakah kalbumu terasa sunyi
Sebelum waktu (hidup)mu terasa terburu. Ketika hari tidak bisa diulang lagi. Ketika malaikat maut sudah hampir menjemput ajal. Ketika tiba saatnya bumi digoncangkan, gunung dihambur-hamburkan seperti kapas yang beterbangan. Sebelum tubuhmu terasa lelah tak berdaya. Sebelum ragamu terbaring dengan enaknya.
Adakah langkahmu terisi ambisi. Adakah langkah-langkahmu hanya untuk ambisi dunia? Harta, tahta, wanita, atau ambisi apa yang menjadi jejak langkahmu? Sudahkah ambisi-ambisimu itu tercapai? Sudahkah cita-citamu kau dapatkan? Dan setelah semua cita-citamu tercapai, setelah ambisi-ambisimu sudah berada di tanganmu, apakah hatimu merasa bahagia? Apakah kau merasa senang? Atau, justru hatimu terasa sunyi. Sepi. Senyap. Seolah apa yang telah kau dapatkan itu masih kurang. Masih belum cukup untuk mengobati kehausan ambisimu? Lalu, apa yang sebenarnya kau cari di dunia ini? Atau untuk siapa ambisi-ambisimu itu kau persembahkan?
Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta
Ya, sebelum semua itu terjadi. Sebelum hari akhir tiba. Sebelum kesuksesanmu tercapai. Luangkanlah! Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu. Rinduilah denting waktu yang terus bergulir disisimu. Nikmatilah setiap denting waktu. Jangan pernah menyesal, karena waktu tak akan pernah terulang. Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu. Di tengah kesibukanmu mengejar cita-cita; akademik, pekerjaan, organisasi, dan hal-hal lain dalam kesibukanmu, luangkanlah! Lihatlah sejenak warna kemesraan dan cinta. Lihatlah sendiri betapa proses itu menyenangkan. Nikmatilah prosesmu mencapai cita-citamu. Rasakanlah setiap rasa dalam menjalani hidupmu. Suka duka, canda tawa, dan setiap rasa yang mengiringi dan mewarnai jalan hidupmu. Rasakanlah cinta pada setiap orang yang berada di sekelilingmu. Orang-orang yang menyayangimu dan yang kau sayangi. Orang-orang yang mencintai dan kau cintai. Ya, sebelum hari akhir tiba. Sebelum masa kesuksesanmu ada. Sebelum semua terasa sunyi. Karena warna dan cinta itulah yang akan menemani ketika kesunyian menghampiri. Karena warna dan cinta itulah yang akan mengisi kalbu yang sunyi.
Sebelum hidungmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu
Sebelum hidungmu tak lagi bernafas. Sebelum kau benar-benar tak lagi bernafas. Sesudah kau memenuni nafsumu, karena nafsumu tak terbelenggu. Membisu menjadi hal yang sangat akrab. Merenungkan atas segala pelampiasan nafsu yang tak terkendali. membisu dan merenung menjadi hal yang indah untuk dilakukan. Melihat kembali masa lalu saat-saat nafsu bergejolak. Tak disadari bahasa tubuh menggambarkan kerinduan. Rindu untuk kembali ke masa lalu. Masa-masa memenuhi nafsu. Atau rindu pada sesuatu yang dapat memberikan efek lebih dari sekedar memenuhi nafsu.
Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta
Luangkanlah! Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu. Rinduilah denting waktu yang terus bergulir disisimu. Nikmatilah setiap denting waktu. Jangan pernah menyesal, karena waktu tak akan pernah terulang. Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu. Di tengah kesibukanmu, luangkanlah! Lihatlah kemesraan dan cinta. Tak hanya dari orang-orang di sekitarmu. Rasakanlah kemesraan dan cinta dari Tuhan yang setiap langkah mengiringimu. Karena dimanapun Tuhan selalu mendampingimu, memberikan kasih sayang-Nya, memberikan cinta-Nya, yang sering kali dilupakan oleh hamba.
Yang tlah semu
Yang tak semu
Dan tak semudah itu
Lihatlah! Rasakanlah! Kebahagiaan manakah yang telah semu? Kebahagiaan manakah yang tak semu? Apakah kebahagiaan mengejar ambisimu? Apakah kebahagiaan menjalani kesibukanmu? Apakah kebahagiaan memenuhi nafsu? Atau cinta dari orang-orang yang mencintai dan kau cintai? Ataukah kemesraan dan cinta dari Sang Pemilik Cinta? Manakah yang semu? Manakah yang tak semu? Mana yang menjadi kebahagiaan sejati? Mana yang menjadi cinta yang hakiki? Dan tentu, untuk merasakannya tak semudah kau mengatakannya. Tak semudah kau membalik telapak tangan. Sungguh, tak semudah itu.

Masjid A-Taqwa Swakarya, 2014

No comments:

Post a Comment