Monday, June 16, 2014

Harta Karun Indonesia

“langit tinggi bagai dinding, lembah luas ibarat mangkok, hutan menghijau seperti zamrud, sungai mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan kampung ini. Sungguh tak terbilang. Maka yang manakah harta karun paling berharga?”
Tak dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam dan manusia yang banyak. Tak terhitung barang tambang mulai dari tembaga, besi, nikel, timah, perak, dan emas, keanekaragaman hayati seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan yang jumlahnya mencapai ratus ribuan. Sama halnya dengan manusia yang tinggal di Indonesia. Banyak sekali perbedaan di Indonesia, tak terhitung suku-suku yang ada, budaya, politik, dan agama. Dari semua kekayaan itu, kira-kira manakah harta karun yang paling berharga bagi Indonesia?
Teka-teki di awal tulisan ini diambil dari novel Tere Liye yang berjudul Pukat. Dalam novel tersebut jawaban dari teka-teki ini sangatlah kompleks. Memang secara tersurat disebutkan bahwa harta karun yang paling berharga adalah anak-anak. Tapi, apakah benar anak-anak adalah harta karun paling berharga? Menurut penulis, gaya tulisan Tere Liye tidak sesimpel itu. Pembaca harus pandai mengkaitkan fakta-fakta yang ada. Dalam tulisan ini penulis mencoba mengartikan amanat yang ingin disampaikan Tere Liye dalam novel tersebut sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan penulis dalam bidang psikologi.
Secara logika anak-anak merupakan generasi yang akan melanjutkan kehidupan manusia. Merekalah yang akan meneruskan perjuangan kita untuk mengatur dan mengelola Indonesia. Sehingga anak-anak memiliki peran penting untuk mengembangkan Indonesia menjadi lebih baik, seperti yang diinginkan dan sering digembor-gemborkan.
Dalam pencapaian tujuan harus diimbangi dengan usaha keras. Maka tak cukup dengan mengandalakan anak-anak kita tanpa ada usaha untuk membekali mereka. Orangtua dapat menyuruh anaknya untuk pergi ke suatu tempat, tetapi dia juga harus membekali anaknya sesuai dengan kebutuhan. Lalu, apa yang dapat dijadikan bekal bagi anak-anak untuk mengembangkan Indonesia?
Satu kata yang dapat mewakili bekal-bekal yang daibutuhkan anak adalah pendidikan. Karena pendidikanlah yang akan menentukan apa yang dilakukan oleh anak. Pendidikan yang baik akan menghasilkan pribadi yang baik, begitu juga sebaliknya.
Diakui atau tidak, kebanyakan permasalahan yang ada di Indonesia diakibatkan oleh buruknya pendidikan yang ditanamkan pada generasinya. Dasar pendidikan saat ini adalah kepatuhan, bukan pertukaran pikiran. Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan bukan ilmu latihan menguraikan. Sehingga tak heran jika muncul permasalahan penyalahgunaan narkoba, pornografi, korupsi, tawuran, kekurangan bahan pokok, dan sebagainya. Akan berbeda hasilnya jika dasar pendidikan adalah pemahaman, saling bertukar pikiran, lalu mengamalkan. Sehingga ilmu-ilmu yang dipelajari di kelas tidak menjadi uap yang menghilang begitu saja, tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman tentang konsep pendidikan tidak cukup untuk mengembangkan Indonesia. Karena perubahan merupakan proses yang amat panjang. Dalam menjalani proses itupun terasa menyakitkan. Perlu langkah-langkah yang terorganisir dengan baik, melibatkan semua pihak, dan dilakukan terus menerus. Bisa menggunakan teori Bronfenbrenner untuk membentuk sistem yang terorganisir dari pemerintah hingga individu. Pemerintah dapat membuat aturan yang menghimbau orangtua untuk lebih memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya daripada berorientasi kekayaan dan kekuaaan. Berikan contoh yang baik sebagai modeling (teori Bandura) bagi anak dalam melakukan sesuatu. Pemerintah juga dapat membatasi media-media dalam memberikan layanannya; penyajian siaran televisi, komik atau buku bacaan, dan internet. Gunakan metode belajar dan sistem evaluasi yang terbaik dan cocok bagi siswa di sekolah (Piaget, Vygotsky, dll). Orangtua dan guru dapat saling bekerja sama mengontrol perkembangan dan pendidikan anak.
Keanekaragaman hayati, bahan tambang, sebenarnya juga merupakan harta karun yang berharga. Namun, mereka tidak ada artinya jika manusia di dalamnya tidak mempunyai kapasitas untuk mengolah dan mengurusnya. Manusia pun tak ada artinya jika tidak melakukan apa-apa. Bahkan bisa menjadi penghambat atau pengrusak harta karun yang paling berharga. Pendidikan pun juga tak ada apa-apanya jika hanya disepelekan dan tidak dilaksanakan. Maka, untuk mencapai perubahan yang lebih baik harus melibatkan semuanya dari lingkup individu, mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, hingga kronosistem. Karena perubahan tidak akan pernah terjadi oleh ide-ide brilian yang terus dikemukakan tetapi perubahan akan terjadi dengan ide-ide yang secara bersama-sama dan konsisten dilaksanakan.











Dalam misi mengubah Indonesia, penulis bersama teman-teman sudah memulai melakukan beberapa aksi untuk masa depan. Mulai dari diri sendiri. Harapannya dapat mempengaruhi sistem-sistem di luarnya. Meski disadari bahwa mungkin tidak ada artinya, tapi setidaknya sudah diusahakan. Aksi-aksi tersebut adalah mengurangi sampah plastik dengan cara menggunakan tas atau tempat makanan ketika berbelanja di pasar, toko, atau supermarket. Menyebar benih ikan ke sungai-sungai. Mengajar TPA. Tidak mencontek dan memberikan contekan. Menanam satu pohon, tak usah muluk-muluk seribu pohon. Dan terakhir selalu mencoba menyebarkan ide-ide yang telah dilakukan; mengajak siapapun untuk ikut melakukannya atau melakukan ide briliannya masing-masing.

No comments:

Post a Comment