Saat ku makan, minum, ku ingat kamu
Mau tidur juga ingat kamu
Bersenda gurau dengan teman, rapat,
diskusi tak lupa akan keberadaanmu
Ketika sendiri, melamun, berpikir...
berpikir tentang diriku dan dirimu
adakah kita bisa bersatu?
sungguh aku sadar dan sudah sering kali
kukatakan
rasa terima kasihku tak akan dapat
membalas kasih sayangmu padaku
cintaku padamu tak akan mampu
mengimbangi cintamu padaku
bagaimana tidak?
Jika selama ini aku selalu berbuat salah
padamu
Menyakitimu, membohongimu, bahkan
mengkhianatimu
Sedang kau masih tetap memberikan kasih
sayangmu padaku
Diri yang sangat bodoh dan hina di
matamu
adakah kita bisa bersatu?
Mungkin bagimu kata-kataku itu
berlebihan
Tak seharusnya keluar dari mulut
pejantan
Karena meski bersalahpun masih dapat kau
maafkan
Ya, aku juga paham dan sadar
Memang lebih tepat bukan aku yang
menyakitimu
Bukan membohongimu atau mengkhianatimu
Tetapi akulah yang menyakiti diri ini
Membohongi hati nurani
Mengkhianati komitmenku sendiri
adakah kita bisa bersatu?
Seolah perilaku menyakiti, membohongi,
dan mengkhianati itu sudah mendarah daging
Meski juga sadar bahwa diri ini tak akan
mampu bertahan tanpa dirimu yang selalu hadir
Menyaksikan diri ini melakukan banyak
kesalahan
Namun tetap memberikan dan memfasilitasi
untuk melakukan apa yang aku inginkan
Meski banyak sekali yang aku inginkan
itu sebenarnya tidak kau inginkan
adakah cinta kita bisa bersatu?
Haruskah aku menunggu kita dapat
bersatu?
Atau harus berapa lama lagi aku harus
menunggu?
Jangan-jangan cinta kita memang tak akan
pernah bersatu
Atau dalam kata lain biarlah ini tetap
menjadi anganku
Tersimpan dalam ketidaksadaranku
Karena aku yakin, bahwa kaulah cintaku
pojok kamar masjid At-Taqwa, Swakarya
15 Juni 2014
No comments:
Post a Comment