Sunday, June 22, 2014

Dasar Mahasiswa Indonesia #2



Sebuah catatan dan pelajaran selama masa SMA dan perkuliahan. Cerita tentang kebiasaan mahasiswa yang seharusnya tidak dibiasakan bagi penuntut dan pengamal ilmu pengetahuan. Begitu banyak (untuk tidak megatakan semua) bahwa laptop (saat ini) menjadi kebutuhan pokok bagi mahasiswa. Baik mahasiswa teknik, humaniora, medika, maupun agro/kehutanan. Laptop menjadi alat mahasiswa untuk browsing materi dan jurnal atau penelitian terbaru, membuat tugas, dan refreshing (game, nonton, dll).
Sebagai mahasiswa, idealnya mahasiswa harusnya mampu me-manage dengan baik dalam penggunaan laptop. Kapan harus menggunakan laptop untuk browsing materi, belajar, membuat tugas, dan refreshing. Namun, mahasiswa Indonesia memang selalu unik. Kebanyakan mahasiswa Indonesia lebih update dengan game-game dan video atau film terbaru dibandingkan dengan penelitian atau penemuan terbaru.
Bukan berarti melarang atau tidak memperbolehkan, namun layakkah mahasiswa lebih mementingkan hiburan dibandingkan belajar yang memang menjadi tanggung jawab sebagai mahasiswa? Kalau memang lebih mementingkan game dan atau film, kenapa tidak sekalian saja menjadi gamer atau aktor film sekalian saja? Buat apa-apa susah-susah pulang pergi ke kampus, mendengar ceramah dosen, mengerjakan tugas, tapi itu semua seolah dilakukan hanya formalitas saja? Buat apa bayar mahal-mahal jika tidak dilaksanakan secara maksimal? Pernahkah terpikirkan orang-orang yang tak punya kesempatan di luar sana yang sebenarnya juga menginginkan manisnya pendidikan? Cukupkah kau sia-siakan kesempatan mengenyam pendidikan? Sungguh, aku tak tahu bagaimana komentar dan sikap orang-orang di bawah sana yang sebenarnya mengharap pada orang-orang yang lebih berpendidikan untuk mengubah nasibnya, tetapi orang-orang di sini justru meremehkan dan bisa dikatakan sama sekali tidak menghargai waktu dan biaya yang mereka keluarkan sendiri.
Lihatlah perilaku mereka, banyak sekali variasi perilaku mahasiswa di dalam kelas; menonton film, nge-game, membuka media sosial, ngobrol dengan teman, tidur, ngerjain tugas mata kuliah lain, sms-an atau WA atau Line dan saudara-saudaranya. Dan lihatlah ketika dosen sudah berkata, “ada pertanyaan?”, maka seolah semua kegiatan itu terhenti. Berpura-pura mendengarkan, berkonsentrasi, tetapi tak ada pertanyaan yang muncul. Dan mereka akan tersenyum ketika akhirnya sang dosen “menyerah” dan menutup perkuliahan. Atau tampang mereka akan sedikit berkerut ketika dosen masih terus menunggu dan akhirnya ada beberapa mahasiswa yang bertanya. Selain ketika dosen menanyakan ada pertanyaan atau tidak, “kegiatan” mahasiswa itu akan terhenti jika tiba-tiba dosen menuju kursi dan duduk tanpa mengatakan apa-apa. Atau dosen berpura-pura mendekati mahasiswa, atau dosen hanya diam berdiri di depan, atau diam sambil mengelilingi kelas, dan yang pasti semua mahasiswa akan diam ketika membaca doa baik ketika pelajaran dimulai maupun diakhiri. Lebih unik lagi, pertanyaan akan banyak muncul ketika sesi diskusi dengan kelompok, padahal ketika dosen memberikan kesempatan bertanya, tak satupun pertanyaan yang muncul. Terlebih lagi mahasiswa akan mengomel ketika ujian, ada yang bilang ga pernah diajarkan, soalnya sulit, padahal semua soal ada di materi baik yang sudah dijelaskan di kelas maupun di buku acuan.
Hal kedua dalam pemakaian laptop. Sangking seringnya mahasiswa menggunakan laptop (hanya) untuk nge-game atau sekedar refreshing, masih banyak mahasiswa yang tahu bahwa fungsi laptop memang hanya untuk itu. Mereka masih kesulitan dalam penulisan paper, makalah, atau tugas semacamnya. Kebingungan ketika membuat daftar isi, sitasi, daftar pustaka, membuat halaman yang berbeda dalam satu file, dan fitur-fitur lain yang sebenarnya sudah tersedia di Ms. Word. Apalagi penggunaan Ms. Excel, mahasiswa merasa kagum ketika meilhat temannya bisa menggunakan fitur-fitur di Ms. Excel seperti rumus matematika sedehana, mengubah tulisan menjadi capital semua atau Capital Each Word, dan fungsi-fungsi lain yang ada di Ms. Excel. Kemampuan mengetik cepat pun kalah cepatnya dibandingkan ketika mereka memainkan game.
Jadi, hai mahasiswa, kalau kau benar-benar mahasiswa, tunjukkanlah identitasmu benar-benar sebagai mahasiswa, bukan sebagai gamer atau aktris film.

No comments:

Post a Comment