Sebuah catatan dan pelajaran selama masa SMA dan
perkuliahan. Cerita tentang kebiasaan mahasiswa yang seharusnya tidak
dibiasakan bagi penuntut dan pengamal ilmu pengetahuan. Begitu banyak (untuk
tidak megatakan semua) bahwa laptop (saat ini) menjadi kebutuhan pokok bagi
mahasiswa. Baik mahasiswa teknik, humaniora, medika, maupun agro/kehutanan.
Laptop menjadi alat mahasiswa untuk browsing
materi dan jurnal atau penelitian terbaru, membuat tugas, dan refreshing (game, nonton, dll).
Sebagai mahasiswa, idealnya mahasiswa harusnya mampu me-manage dengan baik dalam penggunaan
laptop. Kapan harus menggunakan laptop untuk browsing materi, belajar, membuat tugas, dan refreshing. Namun, mahasiswa Indonesia memang selalu unik.
Kebanyakan mahasiswa Indonesia lebih update
dengan game-game dan video atau film
terbaru dibandingkan dengan penelitian atau penemuan terbaru.
Bukan berarti melarang atau tidak memperbolehkan, namun
layakkah mahasiswa lebih mementingkan hiburan dibandingkan belajar yang memang
menjadi tanggung jawab sebagai mahasiswa? Kalau memang lebih mementingkan game dan atau film, kenapa tidak
sekalian saja menjadi gamer atau
aktor film sekalian saja? Buat apa-apa susah-susah pulang pergi ke kampus,
mendengar ceramah dosen, mengerjakan tugas, tapi itu semua seolah dilakukan
hanya formalitas saja? Buat apa bayar mahal-mahal jika tidak dilaksanakan
secara maksimal? Pernahkah terpikirkan orang-orang yang tak punya kesempatan di
luar sana yang sebenarnya juga menginginkan manisnya pendidikan? Cukupkah kau
sia-siakan kesempatan mengenyam pendidikan? Sungguh, aku tak tahu bagaimana
komentar dan sikap orang-orang di bawah sana yang sebenarnya mengharap pada
orang-orang yang lebih berpendidikan untuk mengubah nasibnya, tetapi
orang-orang di sini justru meremehkan dan bisa dikatakan sama sekali tidak
menghargai waktu dan biaya yang mereka keluarkan sendiri.
Lihatlah perilaku mereka, banyak sekali variasi perilaku
mahasiswa di dalam kelas; menonton film, nge-game, membuka media sosial, ngobrol dengan teman, tidur, ngerjain
tugas mata kuliah lain, sms-an atau WA atau Line dan saudara-saudaranya. Dan
lihatlah ketika dosen sudah berkata, “ada pertanyaan?”, maka seolah semua
kegiatan itu terhenti. Berpura-pura mendengarkan, berkonsentrasi, tetapi tak
ada pertanyaan yang muncul. Dan mereka akan tersenyum ketika akhirnya sang
dosen “menyerah” dan menutup perkuliahan. Atau tampang mereka akan sedikit
berkerut ketika dosen masih terus menunggu dan akhirnya ada beberapa mahasiswa
yang bertanya. Selain ketika dosen menanyakan ada pertanyaan atau tidak,
“kegiatan” mahasiswa itu akan terhenti jika tiba-tiba dosen menuju kursi dan
duduk tanpa mengatakan apa-apa. Atau dosen berpura-pura mendekati mahasiswa,
atau dosen hanya diam berdiri di depan, atau diam sambil mengelilingi kelas,
dan yang pasti semua mahasiswa akan diam ketika membaca doa baik ketika
pelajaran dimulai maupun diakhiri. Lebih unik lagi, pertanyaan akan banyak
muncul ketika sesi diskusi dengan kelompok, padahal ketika dosen memberikan
kesempatan bertanya, tak satupun pertanyaan yang muncul.
Terlebih
lagi mahasiswa akan mengomel ketika ujian, ada yang bilang ga pernah diajarkan,
soalnya sulit, padahal semua soal ada di materi baik yang sudah dijelaskan di
kelas maupun di buku acuan.
Hal
kedua dalam pemakaian laptop. Sangking seringnya mahasiswa menggunakan laptop
(hanya) untuk nge-game atau sekedar refreshing, masih banyak mahasiswa yang
tahu bahwa fungsi laptop memang hanya untuk itu. Mereka masih kesulitan dalam
penulisan paper, makalah, atau tugas semacamnya. Kebingungan ketika membuat
daftar isi, sitasi, daftar pustaka, membuat halaman yang berbeda dalam satu
file, dan fitur-fitur lain yang sebenarnya sudah tersedia di Ms. Word. Apalagi penggunaan
Ms. Excel, mahasiswa merasa kagum ketika meilhat temannya bisa menggunakan
fitur-fitur di Ms. Excel seperti rumus matematika sedehana, mengubah tulisan
menjadi capital semua atau Capital Each
Word, dan fungsi-fungsi lain yang ada di Ms. Excel. Kemampuan mengetik
cepat pun kalah cepatnya dibandingkan ketika mereka memainkan game.
Jadi,
hai mahasiswa, kalau kau benar-benar mahasiswa, tunjukkanlah identitasmu
benar-benar sebagai mahasiswa, bukan sebagai gamer atau aktris film.
No comments:
Post a Comment