Monday, June 13, 2011

MOMENT

Detik berdetak. Roda waktu terus berputar. Menceritakan takdir yang telah ditentukan. Menguak rahasia yang tersembunyi. Waktu telah mempertemukan kita. Di tempat yang tak pernah kita sangka bahwa kita dapat mencapainya. Tempat dimana kita mencari segunung ilmu bersama, mendapat pengalaman yang tak terduga-duga. Kebahagiaan, kebersamaan, kesedihan, kita lalui bersama. Terus bersama-sama. Hingga kita tak sadar waktu.
Tapi, waktu tetap berputar. Tak pernah berhenti. Menampakkan semua ketidakpastian. Tak mengenal toleransi. Tak mengindahkan keinginan terus bersama. Dan kini dia pula yang memisahkan kita.

Mungkin aku tak ikut merasakan bagaimana rasanya dimarahin dan diteriakin kakak-kakak tatib. Tidak menikmati pengalaman PTS yang katanya serba tujuh menit. Sampai-sampai aku banyak melakukan pelanggaran di hari pertamaku; makan di meja cewek, nginjek rumput, ngga’ salam, bahkan ngga’ ke masjid.
Hari-hari selanjutnya kita bersama-sama menempuh dan menjalani matrikulasi, post-test, dan pre-test. Kita belajar di tengah kesibukan baru kita. Mulai mencari teman yang cocok, mengikat ikatan-ikatan baru yang sebelumnya kita tak tahu bahwa ikatan itu akan sulit dilepas. Saling membantu dan mengingatkan saat-saat TB, remed, MID, UAS, dsb. Saling memotivasi, memberi nasehat, dan saran untuk masuk IPA/IPS. Dan pada tahun pertama ini, kita harus sudah berpisah dengan lima orang teman kita.
Tahun kedua, ikatan itu semakin berakar banyak dan semakin kuat. Kita mulai berkecimpung dalam organisasi. Menghadapi dan menyelesaikan masalah, mencari solusi yang terbaik. I-Fun, dengan bidadari-bidadarinya, CIRENG, dimana NASACOM vs SOSCOM, AXIVIC Cup, dengan hujan yang mengganggunya, GAKIC, Sonlis, dengan bomber man-nya, I-Care, PTS, dsb. Katanya di tahun inilah masa-masa indah anak remaja. Setelah saling kenal dan mengelompok, terjalinlah ikatan-ikatan yang ingin lebih direkatkan, yang pada akhirnya kita harus berpisah lagi dengan dua orang teman kita. Dan di tahun ini, kita berpisah ladi dengan enam orang teman kita.
Tahun ketiga, kita masih membuat masalah dengan “festifal ramadhan”. Dan kita menerima hukuman atas nama angkatan. Tapi, setelah itu kita berjanji untuk tetap berseratus sembilan. Berjuang bersama menghadapi hari-hari yang penuh belajar, belajar, dan belajar.
Kawan. Begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang kudapatkan bersama AXIVIC. Kebersamaan dalam kesusahan, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai rasa lainnya. Baru kemarin kita berpisah, tapi rasanya telah berabad-abad lamanya. Tapi, yang lalu biarlah berlalu. Penyesalan jangan dipikirkan. Hari ini memori baru. Persiapkanlah yang terbaik untuk masa depan.
Kawan. Pasti kau pernah berjalan-jalan. Entah bersama teman atau keluarga. Bertamasya ke puncak gunung atau pantai. Menikmati keindahan alam ini.
Kawan. Mungkin kau bisa mengatakan aku adalah pemandangan laut dan gunung itu. Dari kejauhan begitu tampak indah memesona. Tapi saat kau melihatnya lebih teliti lagi, pasti kau akan membalikkan muka. Tak sudi menatapnya atau bahkan mendekatinya. Bukankah banyak orang yang mengagumi indahnya laut beserta ombaknya dari kejauhan? Tapi saat mencoba mendekatinya, mereka takut. Lalu menjauh. Tak berani mendekat lagi. Bukankah orang-orang juga mengagumi keindahan gunung dari kejauhan? Tapi sejatinya, saat mereka menghampirinya, mendakinya, gunung itu tak lain hanyalah seonggok batuan yang tidak rata. Sehingga semua orang hanya menginjak-injaknya. Justru menikmati keindahan di luar gunung itu sendiri. Bahkan semua orang akan lebih senang jika dia telah berhasil menginjakkan kakinnya tepat di kepalanya.
Bahkan semua orang mengetahui bunga mawar itu indah. Tapi bagi orang yang belum mengenalnya, dia akan melempar mawar itu saat memetiknya. Karena terkena duri-duri yang tajam dibalik keindahannya.
Begitulah hakikatnya diriku. Jika kau ingin mengenalku, maka jangan kaget saat melihat duri pada diriku. Dan cobalah mengenali keindahan-keindahan lain yang berada di luar sana. Yang membuat hatimu bahagia. Karena sebenarnya jika mau merenungi dan menikmati, keindahan itu berada dalam hati masing-masing manusia. Tidak hanya keindahan, tapi juga kebahagian yang selama ini mereka cari.
Kawan. Kini perpisahan telah tiba. pertemuan dan perpisahan sudah menjadi lumrah kehidupan. Tanpa pertemuan, tidak akan terjadi perpisahan. Perpisahan juga membuka peluang untuk pertemuan yang lain.
Pertemuan selalunya mewujudkan perkenalan. Tetapi perpisahan tidak semestinya memutuskan persahabatan.
Setiap pertemuan berlaku meninggalkan kenangan. Tetapi setiap perpisahan tidak semestinya memadamkan memori lalu.
Kadang-kadang, pertemuan yang sebentar lebih memberi makna berbanding pertemuan yang tiada kesudahan. Namun, perpisahan dalam tempo singkat menghadirkan rasa rindu yang berkepanjangan.
Ketika tiba saat perpisahan, janganlah kalian berduka. Meski sebenarnya diriku pun tak bisa juga menahan tetes air mata. Sebab apa yang paling kalian kasihi darinya, akan lebih nyata dari kejauhan. Seperti gunung yang nampak lebih agung, terlihat dari padang dan dataran.
Kawan. Kini aku ingin berpesan padamu. Aku ingin engkau benar-benar menggunakan jembatan-jembatan emas ini untuk terus maju ke depan. Melacak sendiri masa tua. Jembatan-jembatan yang akan menuntun kalian menuju masa yang telah dijanjikan. Dan janganlah mengubahnya menjadi tembaga yang tiada guna. Yang akan menyesatkanmu dari jalan yang sebenarnya. Tapi, aku juga tak ingin engkau berkecil hati. Sebab emas akan tetap emas meski di dalam lumpur. Tetap menjadi yang berharga bagi yang memilikinya.
Dan terakhir kawan... aku ingin berkata padamu. Kuucapkan terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. Persahabatan kita selama ini. Aku sadar begitu banyak segala salah dan dosa di balik langkah hitamku. Maka tak ada kata yang tepat untuk aku katakan, selain; Maafkanlah aku,,, kalau sempat tatap mataku tak sengaja menamparmu.

No comments:

Post a Comment