Aku
tak pernah benar-benar tahu dan paham apa perbedaan yang benar-benar membedakan
antara kawan dan lawan. Kadang, kujumpai seorang kawan yang begitu dekat dan
bersahabat tapi ternyata menyimpan kebencian dan kedengkian. Ada juga seorang
lawan yang sangat memusuhi dan membenci tapi ternyata menyimpan begitu banyak
kepedulian dan kadang memberi bantuan. Karena perbedaan kawan dan lawan
hanyalah huruf K dan L belaka. Urutan huruf dalam abjad dan letak di keyboard
kedua huruf yang berdekatan ini sangat memungkinkan kesalahan. Sehingga ketika
bermaksud mengungkapkan kawan malah menjadi lawan, pun sebaliknya.
Aku
menyaksikan orang-orang yang berhasil dan meraih apa yang mereka inginkan,
orang yang senang ketika harapannya terwujudkan. Mereka mengekspresikan dengan
meneteskan air mata. Tak berbeda dengan mereka yang dilanda kesedihan,
kehilangan, kesakitan, dan lain-lainnya. Sehingga tampak seperti sedih dan
senang itu sama saja; sama-sama membuat mata menangis.
Bukankah
mereka yang waktu itu suka memukulku, menggoda dan mengerjaiku, dan segala
kenakalan lainnya tapi di sisi lain juga pernah mentraktirku dan mengantar
pulang ke rumah? bukankah mereka yang saat itu menjadi teman bermain ke mana
saja, saling berjuang tapi ternyata mereka juga yang mencuri uangku, ikut
membicarakan keburukanku bersama orang-orang yang membenciku? Bukankah
orang-orang yang dekat denganku, mengetahui masalah-masalahku tapi mereka hanya
sekedar tahu dan terus ingin tahu? Sedangkan orang yang sama sekali tidak tahu
dan justru terkesan saling menjauhi tapi ketika dalam kesulitan mereka membantu?
Apakah lawan dan kawan hanya berdasar waktu dan momen tertentu? Hingga pada
akhirnya tak ada yang benar-benar menjadi kawan sejati. Sebaliknya tak ada juga
lawan yang sejati.
Bukankah
pernah kurasakan sedih yang berlebihan hingga rasanya seperti kehabisan air
mata? Tetapi ternyata di balik kesedihan itu muncul berbagai kebahagiaan yang
menjadi penawarnya? Bukankah pernah kurasakan bahagia sehingga rasanya benar-benar
lupa terhadap setiap rasa sebelumnya seperti sakit, sedih, dan lainnya yang
mengantarkan ke sana? Tetapi kemudian langsung jatuh kembali dalam kesedihan?
Bukankah senang dan sedih hanyalah rasa atau emosi yang bergantung pada waktu,
situasi dan kondisi? Sehingga tak ada yang namanya kesenangan sejati dan tak
ada pula yang namanya kesedihan sejati.
Lalu
siapakah yang menjadi kawan sejati atau lawan sejati? Adakah kesenangan yang
sejati atau kesedihan yang sejati? Bagiku ada. Mereka mencakup semuanya. Mereka
adalah kawan sejati sekaligus lawan sejati. Mereka lah kesenangan sejati
sekaligus kesedihan yang sejati. Mereka adalah diri sendiri, waktu, serta
situasi dan kondisi. Kita akan selalu berhadapan dengan situasi dan kondisi
yang selalu berubah dan kita akan selalu bersandingan waktu yang terus
mengiringi kita di manapun kita berada dan selama kita hidup di dunia. Untuk
menentukan lawan atau kawan dan senang atau sedih adalah diri kita sendiri.
Bagaimana kita memaknai setiap situasi dan kondisi pada setiap waktu adalah
tugas diri kita sendiri. Kita bisa memanfaatkan lawan kita untuk melawan apa
yang seharusnya patut untuk di lawan, bahkan jika ytang patut dilawan itu
adalah kawan kita sendiri. Kita bisa mengatur suasana hati kita untuk terus
merasa bahagia atau senang dalam keadaan sedih sekalipun. Karena sejatinya
dunia ini adalah fana, hanya sementara. Yang lawan bisa menjadi kawan, yang
kawan bisa menjadi lawan. Ada saatnya ketika sedih mengantarkan kita kepada
kebahagiaan. Sebaliknya ada masanya ketika kita terlalu bahagia atau senang
tiba-tiba langsung menjadi sedih kembali karena keadaan. Maka kita harus
menaklukkan lawan dalam diri kita sendiri untuk menjadi kawan. Kita harus bisa
menguasai rasa dan emosi dalam diri sendiri untuk mengenal kesenangan atau
kebahagiaan dan kesedihan sejati.
No comments:
Post a Comment