Ketika
banyak hal yang dianggap sebagai masalah. Mau tak mau pikiran dan otak menjadi
lelah. Sehingga jalan ke depan seolah tampak tak bisa dipapah. Kakipun menjadi
berat untuk melangkah.
Lalu,
apakah berhenti menjadi sebuah solusi? Ataukah aku harus terus berlari?
Aku
sering termenung sendiri. Memikirkan berbagai macam opsi. Tak jarang aku
berpikir untuk berhenti. Tak perlu menyelesaikan apa yang telah lama aku mulai.
Tapi ketika tekad berhenti sudah membulat di hati, ada begitu banyak sesi yang
menunjukkan bahwa aku tak diridhoi.
Aku
tidak dizinkan untuk berhenti. Dia mengirimkan teman-teman yang peduli dan
terus memberi motivasi. Dia mempertemukan aku dengan berbagai macam orang yang
menunjukkan simpati dan empati. Ada yang mengingatkan akan masa depan dengan
mimpi, harapan yang tinggi, mengenal jati diri, tanggung jawab abadi. Ada yang
mau menjamin dan menanggung masa depan dengan janji-janji; membiayai sekolah
sampai tinggi, membelikan tanah dan rumah untuk ditinggali. Atau dari obrolan dan
diskusi. Meski berbeda topik, pendapat dan pola pikirku sendiri menjadi
bumerang atas permasalahan yang kuhadapi. Yah, meskipun ini hanyalah persepsi,
namun aku tak bisa menganggapnya hanya sekedar kebetulan yang terjadi. Atau
lewat lagu yang tak sengaja kudendangkan atau kudengarkan. Liriknya menyindirku
dalam-dalam.
Sementara
itu, kaki ini sudah terlajur berat untuk diangkat, kesendirian malah menjadi
senjata makan tuan, dan harapan kubiarkan hancur berantakan. Aku harus
meringankan kakiku sendiri atau mencari alat bantu untuk tegak berdiri. Aku
juga harus menyibukkan hati dan meramaikan kesunyian yang terlanjur mencekam.
Serta aku harus menyusun kembali harapan yang sudah tercerai berai berserakan.
Ah tidak, tidak. Bukan semua itu sepertinya. Ternyata
aku masih terlalu banyak menyalahkan pihak luar. Aku lupa dan tak sadar bahwa
sebenarnya masalah itu ada dalam diriku sendiri. Benarkah setiap peristiwa yang
terjadi menjadi masalah itu adalah akar dari semua permasalahan? Tentu bukan.
Pasti bukan. Masalahnya adalah diriku sendiri yang masih kurang kuat berdiri.
Ternyata aku yang tak mau bangkit kembali. Ah, tapi terlalu lama menyalahkan
diri sendiri juga tidak menyelesaikan masalah bukan? sudah saatnya aku bangkit
dari kejatuhan, sudah tiba masanya aku berjalan atau kalo perlu berlari,
berlari sekencang-kencangnya sampai tujuan.
No comments:
Post a Comment