“Berikan goreskan terindahmu”.
Begitu tulismu dalam binder, kado pertama yang kau berikan padaku tahun 2013
lalu. Binder buatanmu sendiri, hand-made, dengan hiasan dari
barang-barang bekas seperti nilai yang kita anut; memanfaatkan barang bekas
untuk menjadikannya lebih berharga, salah satu bentuk mencintai lingkungan.
Begitulah cara kita bertiga saling menguatkan dan mengingatkan. Ya, bertiga,
aku, kau dan dia. Setelah satu tahun lamanya pada tahun 2012 kita bertiga dalam
satu departemen di sebuah organisasi. Jika saat kepengurusan berlangsung cara
yang kita gunakan adalah kita bergantian mentraktir makan saat reuni (kata yang
kita gunakan untuk mengganti kata ‘rapat’ saat itu. Karena katanya, dan benar
nyatanya, nama organisasi kita adalah keluarga), maka setelah kepengurusan
berakhir seolah ada perjanjian tanpa harus diucap; kita saling mengkado pada
hari ulang tahun kita. Padahal kau dan aku sama-sama menyembunyikan tanggal
lahir kita. Tapi kita bertiga sudah sama-sama tahu dan mengingat kapan hari
spesial kita masing-masing itu. Dan kalo sempat kita juga mengagendakan makan
bersama juga, melanjutkan reuni yang tanpa rapat. Atau kata-kata ‘motivasi’
atau mungkin kata sindiran yang sering kita ungkapkan untuk menguatkan diri
kita saat itu, “Kita itu salah satu jantungnya organisasi ini, kalo kita
berhenti, organisasi ini juga ikut berhenti, ga ada gaungnya sama sekali”.
cover terbuat dari kardus bekas dan dihias dengan daun kering, kemudian bagian tepinya dilekatkan dengan lakban hitam |
halaman pertama |
Tentu
kau juga ingat ketika pada tahun itu, kau mengkado dia sebilah pisau lipat yang
diam-diam kau letakkan di tasnya? Sebuah kado misterius yang menakutkan bagi
dia dan membuatnya histeris, sampai-sampai dia nangis-nangis ketakutan
menelopon ibunya, sedang bagi kita itu menjadi bahan tertawaan se-sekre.
Hahaha. Ah, hari spesial? Belum tentu juga. Karena sebenarnya umur kita
berkurang, bukan? detik demi detik, hari berganti hari hingga bulan dan tahun
terus bergulir hingga akhirnya suatu saat nanti kau benar-benar meninggalkan
kami.
Waktu
berlanjut hingga akhirnya saling mengkado itu tidak harus tepat pada hari ulang
tahun kita. Tahun 2014, setelah kita pulang dari KKN, kau memberikan kepada
kami masing-masing sebuah kompas. “Setidaknya kalo bepergian kalian bisa tahu
arah kiblat” katamu pada kami di tengah-tengah obrolan setelah makan di Waroeng
Steak saat itu. Tempat traktiran yang kita pilih di hari ulang tahunnya. Dan
tentu, kau selalu memilih menu yang paling mahal ketika ditraktir seperti itu.
Bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dan dipikirkan saat kita bersama
‘keluarga’. Karena kita sudah saling memahami satu sama lain baik karakter
maupun kebiasaan kita masing-masing.
Tahun
2015 adalah masa-masa ketika angkatan kita sudah seolah saling memikirkan diri
sendiri. Sudah tidak tergabung lagi dalam sebuah wadah organisasi. Sudah tak
sering lagi berkumpul dan berdinamika bersama. Sudah jarang pertemuan diantara
kita meski hanya untuk saling menyapa. Namun bukan berarti kita tidak bertemu
sama sekali. Sempat dalam pertemuan itu kau masih memberiku lagi. masa-masa ini
adalah masa-masa kita saling bertanya dan menanyakan “gimana skripsi? Udah
dapaet judul? Siapa DPS-mu?” dan pertanyaan-pertanyaan lain yang senada. Saat
itu aku tak sedang memiliki HP untuk berkomunikasi. HP yang sebelumnya aku
dipinjami sudah diminta pemiliknya. Mengetahi hal itu kau membeli hp baru dan
meminjamkan hp lamamu padaku. “pakai aja dulu, aku udah beli yang baru, aku ga
cocok pake hp ‘merk’ itu” katamu waktu itu. Hingga akhirnya ketika kusampaikan
kalo adikku ingin membelinya, kau malah berkata “sudah pakai aja, gak usah
dibeli”.
Tahun
2016 adalah masa perjuangan bagi kita yang masih memperjuangkan S.Psi. dan kau
berhasil meraihnya, kado terakhir yang kau suguhkan untuk orangtuamu juga
keluarga besarmu. Lalu, dua hari kemudian, dua hari sebelum hari ulang tahunku,
kau menyiapkan kado spesial terakhirmu; memori bersamamu. Entah kenapa, semua
memori tentangmu dan bersamamu mengalir begitu saja di hari ulang tahunku.
Seolah memang itu sudah kau siapkan dengan rapi. Sama rapinya seperti binder hand-made
buatanmu dari barang bekas itu. Penuh berisikan cerita tentang kita dulu. Seperti
kompas yang selalu menunjukkan arah bagiku untuk masa depan dan mengevaluasi
masa lalu. Layaknya HP yang dimanfaatkan untuk menjalin silaturrahim bagi kami
yang masih hidup mengenangmu. Sebagai pengingat kami untuk selalu mengingat
waktu.
Kutunggu
ketika kau mau menuangkan air surga padaku...
No comments:
Post a Comment