Sunday, May 22, 2016

Roda Gelap yang Bersinar

Ada masa ketika seolah dunia seisinya mendukung kita. Apapun yang kita lakukan terasa sangat mudah dan gampang. Lancar terus tanpa ada hambatan. Masa depan menjadi tampak cerah bercahaya dan bersinar. Masa depan gemilang, mungkin seperti itu orang mengatakan. Namun, di sisi lain, terkadang kita merasakan bahwa ada masa ketika seolah dunia seisinya menjatuhkan kita, merendahkan kita serendah-rendahnya. Langkah ke depan tampak gelap nan kelam. Selalu ada hambatan dan rintangan ketika kita mencoba melakukan tindakan. Masa depan seuram, begitulah orang menyebutnya.
Benarkah kehidupan itu demikian? Ada juga yang mengatakan bahwa kehidupan itu layaknya roda yang berputar. Ada kalanya kita di atas, ada pula saatnya kita di bawah. Masa-masa di atas digambarkan dengan kebahagiaan atau kesuksesan seperti mendapat banyak harta, prestasi, pekerjaan yang layak, dan sejenisnya. Sedangkan kondisi di bawah adalah masa-masa penuh kesulitan seperti banyak hutang, pengangguran, susah makan, sedikit harta dan uang, prestasi menurun, dan semacamnya.
Analogi di atas menggambarkan bahwa masa kegemilangan dan kesuraman, sesuai definisi masing-masing berdasar penjelasan tadi, itu berada di atas dan di bawah. Sebagai umat islam yang memahami memahami keimanan dan bahwa Yang Maha Kaya dan Mengatur Rezeki adalah Allah SWT., tentu seharusnya memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal ini. Kegemilangan dan dan kesuraman di atas bisa dibahasakan sebagai kegemilangan atau kesuksesan duniawi serta sebaliknya; kesuraman atau ketidaksuksesan duniawi.
Tulisan ini ditulis dan ditujukan bagi yang merasa memiliki iman di hatinya, untuk mereka yang mengaku islam. Mereka yang meyakini Allah adalah Tuhannya, Muhammad adalah Rasul-Nya, dan Al-Quran adalah kitab-Nya sebagai pedoman hidup manusia. Benarkah bahwa kehidupan atas dan bawah ini bagaikan roda yang berputar seperti penjelasan sebelumnya? Kemudian bahwa atas dan bawah itu ditentukan oleh seberapa sukses kita meraih kebahagiaan berdasar banyaknya kekayaan, harta, prestasi, dan sejenisnya yang kita peroleh dan miliki? Jika iya, maka selesai. Namun jika tidak, lalu seperti apakah yang benar itu?
Bagi saya sendiri, penganalogian itu tidak seluruhnya salah, tetapi juga tidak seluruhnya benar. Yang jelas kebenaran adalah milik Allah, bukan? Satu hal yang perlu saya tekankan bahwa tulisan ini hanyalah pendapat pribadi, bukan golongan, karena yang menulis adalah saya sendiri. Bukan pula hasil mewawancarai seperti yang biasanya saya lakukan, tetap murni karena perenungan pribadi di dunia antah berantah yang hanya saya sendiri yang bisa memasukinya.
Pembahasan dalam tulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian yang saling berkaitan. Bagian pertama adalah tentang keterang-benderangan atau bersinar dan kegelapan atau kesuraman dan bagian kedua adalah tentang roda kehidupan.
Kehidupan bisa jadi masih dianggap misteri bagi beberapa orang. Apalagi ketika kita membicarakan adanya berbagai macam keadaan dan peristiwa yang jauh dari prediksi manusia. Ada juga berbagai peristiwa yang mungkin belum bisa dijelaskan dengan logika dan nalar biasa pada umumnya. Maka muncullah kesimpulan seperti di atas bahwa hidup itu seperti roda yang berputar, ada kalanya di atas, ada saatnya di bawah. Sama halnya dengan kondisi yang diceritakan di awal tadi. Ada masa ketika seolah gelap nan kelam tetapi ada juga masa yang terang benderang.
Pada dasarnya saya juga meyakini bahwa ada masa terang benderang dan ada pula masa kegelapan. Namun, ketika berada di jalan yang terang benderang kemudian merasa seolah jalan ke depan itu jelas dan lancar, tidak ada hambatan, dan sebagainya. Lalu, sebaliknya ketika berada di jalan yang gelap seolah semua menjadi suram, tidak ada harapan, selalu menghadapi rintangan dan hambatan, menurut saya itu hanyalah persepsi manusia belaka. Saya yakin bahwa kapanpun dan di manapun kita berada saat ini, terlepas dari persepsi kita sedang berada di jalan yang terang benderang ataupun kegelapan, bagi saya kedua jalan itu saling berdampingan. Satu hal yang membuat persepsi itu muncul adalah karena kita terlalu fokus pada salah satu jalan saja, sehingga kita tidak melihat jalan yang lainnya. Misal saat ini kita merasa kita berada di jalan yang terang benderang yang mana seolah jalan ke depan terlihat jelas dan tanpa hambatan. Itu semua karena kita hanya melihat kebaikan-kebaikan dari masa depan. Padahal kalau kita mau menyadari, sebenarnya ada juga faktor resiko yang bisa menghambat kita di tengah jalan nanti. Sebaliknya, kalau kita menganggap saat ini berada di jalan kegelapan yang mana seolah masa depan suram penuh dengan cobaan dan ujian. Hal ini disebabkan karena kita hanya fokus pada cobaan-cobaan dan ujian yang akan kita hadapi. Padahal kalau kita mau menyadari banyak juga kesempatan kebaikan di sekeliling kita. Ada juga orang-orang yang akan mendukung dan membantu kita untuk menghadapi itu semua; keluarga, guru, sahabat, teman, rekan, dan sebagainya.
Manakah yang lebih baik diantara keduanya? Ya, bisa jadi semua orang akan mengatakan yang memiliki persepsi berada di jalan terang benderanglah yang lebih baik. Bagi saya, itu benar tetapi ada satu sisi faktor resiko yang perlu diwaspadai. Ada sisi negatif jika kita merasa selalu berada di jalan terang benderang sementara itu selalu menumbuhkan harapan-harapan baik akan selalu datang. Sehingga ketika suatu saat ada kejadian di luar dugaan, kita akan kaget dan terpuruk jika tidak menyiapkan hal ini. Karena dibalik setiap harapan selalu diikuti kekecewaan. Masing-masing kondisi harus menyadari adanya jalan lain. Mereka yang merasa berada di jalan yang terang benderang harus menyadari adanya jalan kegelapan dan harus menyiapkan jika suatu saat nanti terjerumus ke sana. Pun demikin dengan orang yang berada di jalan kegelapan. Mereka harus menyadari adanya jalan terang benderang dan terus berusaha meraihnya, tidak hanya berharap ada orang yang mau menyeretnya ke jalan tersebut.
Jika dianalogikan roda yang berputar, bagi saya roda ini bukan berputar dari atas ke bawah. Roda itu seperti piringan yang berputar secara horizontal.
Orang yang cerdas adalah orang yang tahu dan paham di mana dia berjalan.

Analogi yang saya buat adalah roda piringan yang berputar secara horizontal. Karena kebahagiaan di dunia itu hanya berlaku di dunia. Belum tentu juga berlaku di akhirat. Untuk roda yang berputar secara vertikal, sebagai umat muslim kita harus menggunakan standar yang sesuai dengan pedoman hidup kita. Kedudukan tertinggi manusia di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa. Sehingga, meskipun dia sedang berada dalam jalan kegelapan, tetapi jika keimanan dan ketaqwaan tetap ada di hatnya, maka dia bisa berada di tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berhasil dan sukses di dunia tetapi tidak ada keimanan dan ketaqwaan di hatinya. 

No comments:

Post a Comment