Sunday, May 22, 2016

Kehilangan

Anda pernah kehilangan suatu barang atau sejumlah uang? Seberapa banyak kah nilai barang atau uang hilang yang pernah Anda alami? Atau kehilangan yang Anda alami adalah kehilangan seseorang? Seseorang yang sangat Anda cintai. Entah karena benar-benar menghilang karena dicuri, hilang ingatan, menjadi gila, atau karena meninggal dunia. Atau jangan-jangan kehilangan itu hanya perasaan kita saja, bisa jadi karena lupa atau tidak melihatnya. Tak jarang bukan kita merasa kehilangan uang, padahal kita baru ganti baju dan uangnya masih di saku baju yang tertumpuk di ember. Atau ketika jalan-jalan di tempat wisata ketika anak, kakak, atau adik kita ke kamar mandi tapi kita tak menyadarinya, tiba-tiba sadar dan panik karenanya.
Aku hanya merasa yakin saja setiap orang tentu pernah mengalaminya. Kalaupun memang belum, suatu saat nanti pasti akan merasakannya. Karena setiap orang tentu akan mati, dan sebagai orang yang pasti punya teman dekat, keluarga, dan sebagainya pasti akan tiba masanya ketika orang yang kita cintai itu meninggal dunia. Kehilangan barang juga bisa dialami oleh siapapun, entah karena dicuri, dirampok, ditipu, dihipnotis, bencana alam, ketinggalan di tempat umum, jatuh di jalan, dan sebagainya.
Di sini saya akan sedikit berbagi tentang pengalaman kehilangan yang pernah saya alami. Berbagai kejadian kehilangan terus silih berganti. Sudah dua kali hp-ku dicuri; satu milik sendiri (Januari 2014), satu hp pinjaman teman karena belum beli hp baru lagi (pertengahan tahun 2014), dan tentu harus mengganti hp-nya yang dicuri, karena akadnya aku meminjam, bukan membeli. Sepeda minjam teman juga pernah hilang (Agustus 2015), digunting kunci sepedanya lalu dibawa pergi. Pernah juga menjadi korban penipuan atm yang dulu gencar, yang dilakukan by phone yang menghilangkan sejumlah uang hingga mencapai kurang lebih 10,5 juta (oktober 2011), dan lagi itu adalah atm teman, bukan atm sendiri. Haha. Saya tak perlu menceritakan detail kejadian, intinya tiga kali kecurian (2 hp dan 1 sepeda) dan penipuan (uang 10,5 juta). Oh iya, satu lagi, duluuu sekali saat masih kelas 5 SD (sekitar tahun 2005), kehilangan uiang 10 ribu yang seharusnya buat bayar uang SPP, dan ternyata malah dicuri oleh sahabat sendiri. Dan berbagai kehilangan seperti jam tangan yang jatuh di perjalanan, ada juga jam tangan yang dicuri, juga sejumlah nominal uang lain yang aku tak sadar kehilangannya serta kehilangan-kehilangan lain yang sudah lupa dan tidak kuceritakan satu persatu di sini.
Kehilangan orang-orang yang dicintai. Beberapa kali aku merasakannya. ‘dikucilkan’/didiamkan kakak kandung sendiri (Juli 2004-2012); berpaling ketika diajak bicara, mengabaikan ketika meminta maaf (padahal ga tahu salah apa), didiamkan sahabat-sahabat (yang dulunya ‘cinta’ menjadi benci), meninggalnya ibu (Januari 2009), dan terakhir meninggalnya salah satu kakak kandung (Februari 2016). Kawan, tahukah kau bagaimana rasanya memiliki kehilangan?

Memiliki Kehilangan
by Letto
Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Hatimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia tlah sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya


Tak mampu benar-benar melepas, padahal dia benar-benar sudah tiada. Kita merasa ada sesuatu yang hilang, ada yang kurang, tapi kita tak benar-benar mampu melepasnya. Kita masih berharap dia di samping kita atau kita berada di sisinya. Hati kita masih tetap merasa memilikinya. Layaknya jam tangan yang selalu menempel di tangan, tapi tiba-tiba tak ada jam tangan lagi. Kadang kita masih terbiasa mengangkat tangan untuk menengok jam berapa sekarang, tapi ternyata tak kita temui jam tangan di sana. Mengapa demikian? karena kita masih merasa memilikinya. Rasa kehilangan akan ada jika kita pernah merasa memilikinya. Berbeda jika kita tidak pernah merasa memiliki jam tangan. Kita tak akan merasa memiliki jam tangan dan tak akan pernah mengangkat tangan untuk mengetahui jam berapa sekarang.
Kita tak pernah mengira bahwa waktu berputar seperti roda yang tak ada hentinya. Sehingga kita tak bisa percaya dengan sepenuh jiwa bahwa dia telah sirna. Tak akan ada lagi yang mencandai kita, yang mengingatkan, yang memarahi, yang menegur, yang menyapa. Karena dia telah pergi dari kehidupan kita. Mungkin masih terngiang jelas suaranya, bahkan hingga terbawa saat tidur dalam mimpi kita. Saat itulah kita baru merasa bahwa kita merindu canda tawanya, senyumnya, bahkan juga rindu akan maki-makiannya dan kenakalannya. Kita tak pernah mengira bahwa dia akan pergi meninggalkan kita semua, padahal baru saja kemarin duduk bersama, ngobrol, makan, dan photo bersama. Tapi, siapa sangka bahwa ternyata itu adalah waktu terakhir kita bersua?
Ah, mungkin karena selama ini kita selalu merasa bahwa sesuatu, dia atau mereka yang hilang dan pergi adalah milik kita. Kita lupa akan hakikat bahwa semua itu hanyalah titipan belaka. Bahwa suatu saat nanti titipan itu akan diminta atau diambil lagi oleh pemiliknya. Sehingga ketika mereka pergi, kita sangat merasa kehilangan padanya. Karena sekali lagi, rasa kehilangan hanya akan ada jika kita pernah merasa memilikinya.
Kawan, aku tahu, aku juga paham, bahwa rasa kehilangan begitu menyesakkan. Namun dari berbagai rasa kehilangan itu, pada akhirnya memberikan yang terbaik bagi kita jika kita mau memahaminya lebih dalam.
Satu pelajaran dari sebuh film ‘Big 6 Hero’ tentang kehilangan; langkah balas dendam atau meratapi kesedihan tak akan pernah bisa mengubah apapun yang sudah ditetapkan. Yang sudah pergi akan tetap pergi dan memang tak akan pernah kembali lagi. Kita terima atau tidak terima akan kepergiannya, mereka sudah terlanjur pergi. Orang-orang yang kita cintai sudah tiada. Kalaupun ada mekanisme kembali, itu sungguh diluar kuasa kita. Dan kita tak bisa terlalu berharap akan hal itu. Namun, kita masih merasakan kehadirannya jika kita mau. Karena mereka selalu bersemayam dalam hati kita. Kenangan masih tersimpan dalam memori. Nasehat, bimbingan, arahan, omelan, makian, masih terekam dan akan berputar saat kita menghadapi peristiwa yang sama saat semua itu muncul. Hal ini akan memberikan arahan kita untuk menentukan dan melakukan tindakan.
Kalaupun kita bisa berusaha untuk mencari barang yang hilang, bertanya ke orang-orang di sekitar, melapor pada polisi, melihat rekaman CCTV, dan sebagainya itu hanya usaha kita. Belum tentu kita bisa mengetahui apalagi menangkap pencuri tersebut, kalaupun pada akhirnya berhasil, belum tentu barang yang sudah hilang benar-benar bisa kembali. Bisa jadi sudah dijual kepada orang lain atau sudah dimanfaatkan. 
Kemudian tentang hakikat bahwa semua yang kita miliki saat ini hanyalah titipan. Pengalaman kehilangan dan ‘menghilangkan’ barang pinjaman/milik orang lain membuatku belajar dan memahami banyak hal. Suatu saat nanti, Sang Pemilik akan mengambil milikmya. Sama seperti dengan diri kita, kematian hanyalah giliran. Kita hanya menanti dalam antrian panjang. Bisa jadi nanti, esok, atau lusa. Kita tak pernah mengetahui kapan jatah antrian kita. ‘Menghilangkan’ barang orang lain membuatku belajar tentang arti tanggung jawab. Di dunia aku hanya mempertanggungjawabkan uang yang hilang sekitar 10,5 juta dan hp yang harganya kutaksir sekitar 1 juta.
Kawan, bisakah kau membayangkan ketika esok Sang Pemilik jiwa raga kita ini meminta pertanggungjawaban atas jiwa raga yang dititipkan pada kita? Apa saja yang sudah kita lakukan dengan tangan ini? Ke mana sajakah kita melangkahkan kedua kaki? Apa saja yang diucapkan mulut kita? dan seterusnya, dan seterusnya.

When you see my corpse is being carried
Don’t cry for my leaving
I’m not leaving
I’m arriving at eternal love

Ketika kau melihat jenazahku dibawa
Jangan menangis akan kepergianku
Aku tidak pergi

Aku bertemu dengan kekasih abadi

No comments:

Post a Comment