Monday, October 26, 2015

Hikmah Perjalanan

Liburan
Rutinitas yang berkolaborasi dengan kesendirian cukup sudah membuat penat dan berat keadaan. Ditambah lagi tekanan-tekanan dari keluarga, teman, dan lingkungan. Hingga akhirnya muncul pilihan berupa tawaran untuk sejenak liburan. Tak perlu berpikir dua kali untuk memutuskan bahwa diri ini harus sedikit keluar dari rutinitas untuk memunculkan lagi semangat dan motivasi demi masa depan.
Liburan. Liburan seperti apakah yang biasanya kau lakukan ketika masa penat datang? Pergi ke taman, pantai, mendaki gunung, memanjat tebing, mencari obyek wisata, bersama keluarga, bersama sahabat dan teman, atau seperti apakah liburan itu? Bukan, liburan yang kulakukan bukanlah liburan yang seperti itu. Bukan mencari obyek wisata atau menikmati keindahan alam, bukan pula memacu adrenalin untuk sebuah tantangan. Inilah yang membuatku tidak berpikir dua kali ketika memutuskan. Karena liburan yang ditawarkan adalah liburan seperti yang kuinginkan.
Tidak layaknya perjalanan keberangkatan pada umumnya ketika liburan, tidak ada view apapun selain kegelapan. Bahkan kondisi kesehatan dan transportasi yang tidak pas membuat perut selalu mual dan badan kedinginan. Muntah-muntah dan ban bocor menjadi bumbu dalam perjalanan.
Tempat singgah selama tiga hari bukanlah hotel mewah yang penuh dengan fasilitas; AC, kasur empuk + bantal guling, kamar mandi yang luas dengan pilihan shower air dingin dan air hangat, pelayan yang siap sedia, lantai keramik, atau kemewahan-kemewahan fasilitas lainnya. Tempat singgah itu melainkan rumah kecil sederhana dengan fasilitas satu kasur untuk bertiga, kamar mandi luar yang harus selalu isi ulang dengan menimba sebelum menggunakannya, dan segala kesederhanaan lainnya. Porsi atau jatah makan tidak juga yang serba ada dengan banyak pilihan dan selalu ganti setiap sarapan, makan siang dan makan malam, melainkan dengan prasmanan seadanya yang disediakan dengan satu menu dalam seharian.
Semua kondisi itu memberikan stimulus padaku, mengingatkanku pada semua keadaan dan nasehat orangtuaku. Justru aku malah terlalu menikmati dan menghayati setiap kondisi. Sampai-sampai, sangking nyenyaknya tidur, suara adzan tak terdengar, bangun agak telat dari biasanya. Ketika makanpun tak sungkan aku mengambil semua yang tersedia, bahkan tak jarang aku menambah porsi lagi. Konsep kebersyukuran yang diajarkan orangtuaku muncul kembali. Bahwa kebahagiaan dan kekayaan bukanlah dengan standar mewahnya fasilitas dan banyaknya makanan yang kita punya dan kita konsumsi melainkan bagaimana kita bisa menerima dan menikmati apa yang ada meski hanya sedikit dan terbatas.
Di sisi lain, pemandangan indah juga aku saksikan. Jika kalian berlibur untuk melihat indahnya pemandangan alam yang menentramkan seperti gunung, persawahan, taman, sungai, pantai, atau mencari pernak-pernik kekhasan dari obyek wisata serta barang-barang unik dan antik untuk oleh-oleh. Namun, bukan itu yang aku lihat, bukan itu yang aku cari. Wisata yang kulakukan adalah wisata rasa dan wisata hati.
Pemandangan utama yang kusasksikan adalah rasa cinta. Cinta yang tulus dari seorang ayah kepada kedua anaknya, cinta yang besar dari seorang kakak kepada adiknya, serta kebahagiaan seorang adik bersama kakak dan ayahnya. Cinta yang tulus dari seorang ayah kepada kedua anaknya; Ayah yang mengerjakan setiap pekerjaan rumah untuk kedua anaknya, ayah yang bekerja keras mencari nafkah untuk anaknya, ayah yang tak pernah mengeluh demi kebahagiaan dan masa depan anaknya. Tampang lelah yang menghiasi setiap senti wajahnya, kerutan-kerutan karena terlalu banyak bepikir, serta badan yang selalu bekerja keras. Seorang pahlawan yang tak pernah akan dilupakan oleh anaknya kelak. Cinta yang besar dari seorang kakak kepada adiknya; Kakak yang selalu mencoba memahmai kebutuhan dan keinginan adiknya, kakak yang selalu bisa memberikan keinginan adiknya dengan caranya sendiri, kakak yang akan selalu mencintai dan memiliki perhatian yang tinggi terhadap perkembangan adiknya. Kebahagiaan seroang adik bersama kakak dan ayahnya; bahwa adik selalu memiliki kerinduan yang besar ketika perpisahan jarak dan waktu membentang. Kebahagiaan adik adalah ketika dia bisa merasakan semua anggota keluarganya bisa berkumpul bersama, bercengkrama, tertawa bersama, dan melakukan aktivitas bersama.
Pemandangan yang tak kalah indah adalah kepedulian antar sesama. Segerombolan pemuda yang berkumpul oleh satu landasan berpikir yang sama dengan setiap perbedaan permasalahan yang dihadapi baik sendiri maupun bersama. Segerombolan pemuda yang saling mendukung ketika ada permasalahan keluarga atau permasalahan pribadi lainnya. Mereka yang peduli dengan masyarakatnya, tetap teguh dengan kebenaran yang ada di hatinya meski standar kebenaran jauh dari standar yang dibuat dan didoktrinasi oleh masyarakatnya. Orang-orang yang memiliki mimpi yang tinggi yang akan membuktikan kebenaran yang sejati. Meski mereka dipisahkan dengan jarak tempat, di luar kota maupun di luar negeri, tapi mereka tetap satu. Fisik mereka memang terpisah tapi hati mereka tetap satu.
Sering kali orang saat ini hanya memikirkan dirinya sendiri, menginginkan kebahagiannya sendiri, hanya peduli terhadap masa depannya sendiri. Namun sebenarnya tak sedikit orang-orang yang juga peduli terhadap sesama, baik sesama manusia maupun sesama makhluk yang tinggal di dunia. Orang-orang yang memiliki kepedulian inilah yang nantinya akan membawa kebaikan di sekitarnya. Modal rasa cinta dan peduli untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga untuk kebaikan masyarakat dan lingkungan agar menjadi lebih baik lagi. Hal ini dilakukan dengan proses yang panjang; mematangkan diri sendiri, menanam dan menumbuhkan cinta dalam keluarga, hingga menanam dan meningkatkan kepedulian dalam masyarakat.
22 - 24 Oktober 2015
Bangil, Pasuruan 

No comments:

Post a Comment