Liburan
Rutinitas
yang berkolaborasi dengan kesendirian cukup sudah membuat penat dan berat
keadaan. Ditambah lagi tekanan-tekanan dari keluarga, teman, dan lingkungan.
Hingga akhirnya muncul pilihan berupa tawaran untuk sejenak liburan. Tak perlu
berpikir dua kali untuk memutuskan bahwa diri ini harus sedikit keluar dari
rutinitas untuk memunculkan lagi semangat dan motivasi demi masa depan.
Liburan.
Liburan seperti apakah yang biasanya kau lakukan ketika masa penat datang?
Pergi ke taman, pantai, mendaki gunung, memanjat tebing, mencari obyek wisata,
bersama keluarga, bersama sahabat dan teman, atau seperti apakah liburan itu?
Bukan, liburan yang kulakukan bukanlah liburan yang seperti itu. Bukan mencari
obyek wisata atau menikmati keindahan alam, bukan pula memacu adrenalin untuk
sebuah tantangan. Inilah yang membuatku tidak berpikir dua kali ketika
memutuskan. Karena liburan yang ditawarkan adalah liburan seperti yang
kuinginkan.
Tidak
layaknya perjalanan keberangkatan pada umumnya ketika liburan, tidak ada view
apapun selain kegelapan. Bahkan kondisi kesehatan dan transportasi yang tidak
pas membuat perut selalu mual dan badan kedinginan. Muntah-muntah dan ban bocor
menjadi bumbu dalam perjalanan.
Tempat
singgah selama tiga hari bukanlah hotel mewah yang penuh dengan fasilitas; AC,
kasur empuk + bantal guling, kamar mandi yang luas dengan pilihan shower air
dingin dan air hangat, pelayan yang siap sedia, lantai keramik, atau
kemewahan-kemewahan fasilitas lainnya. Tempat singgah itu melainkan rumah kecil
sederhana dengan fasilitas satu kasur untuk bertiga, kamar mandi luar yang
harus selalu isi ulang dengan menimba sebelum menggunakannya, dan segala
kesederhanaan lainnya. Porsi atau jatah makan tidak juga yang serba ada dengan
banyak pilihan dan selalu ganti setiap sarapan, makan siang dan makan malam,
melainkan dengan prasmanan seadanya yang disediakan dengan satu menu dalam
seharian.
Semua
kondisi itu memberikan stimulus padaku, mengingatkanku pada semua keadaan dan
nasehat orangtuaku. Justru aku malah terlalu menikmati dan menghayati setiap
kondisi. Sampai-sampai, sangking nyenyaknya tidur, suara adzan tak terdengar,
bangun agak telat dari biasanya. Ketika makanpun tak sungkan aku mengambil
semua yang tersedia, bahkan tak jarang aku menambah porsi lagi. Konsep
kebersyukuran yang diajarkan orangtuaku muncul kembali. Bahwa kebahagiaan dan
kekayaan bukanlah dengan standar mewahnya fasilitas dan banyaknya makanan yang
kita punya dan kita konsumsi melainkan bagaimana kita bisa menerima dan
menikmati apa yang ada meski hanya sedikit dan terbatas.
Di
sisi lain, pemandangan indah juga aku saksikan. Jika kalian berlibur untuk
melihat indahnya pemandangan alam yang menentramkan seperti gunung, persawahan,
taman, sungai, pantai, atau mencari pernak-pernik kekhasan dari obyek wisata
serta barang-barang unik dan antik untuk oleh-oleh. Namun, bukan itu yang aku
lihat, bukan itu yang aku cari. Wisata yang kulakukan adalah wisata rasa dan
wisata hati.
Pemandangan
utama yang kusasksikan adalah rasa cinta. Cinta yang tulus dari seorang ayah
kepada kedua anaknya, cinta yang besar dari seorang kakak kepada adiknya, serta
kebahagiaan seorang adik bersama kakak dan ayahnya. Cinta yang tulus dari seorang
ayah kepada kedua anaknya; Ayah yang mengerjakan setiap pekerjaan rumah untuk kedua
anaknya, ayah yang bekerja keras mencari nafkah untuk anaknya, ayah yang tak
pernah mengeluh demi kebahagiaan dan masa depan anaknya. Tampang lelah yang
menghiasi setiap senti wajahnya, kerutan-kerutan karena terlalu banyak bepikir,
serta badan yang selalu bekerja keras. Seorang pahlawan yang tak pernah akan
dilupakan oleh anaknya kelak. Cinta yang besar dari seorang kakak kepada
adiknya; Kakak yang selalu mencoba memahmai kebutuhan dan keinginan adiknya,
kakak yang selalu bisa memberikan keinginan adiknya dengan caranya sendiri,
kakak yang akan selalu mencintai dan memiliki perhatian yang tinggi terhadap
perkembangan adiknya. Kebahagiaan seroang adik bersama kakak dan ayahnya; bahwa
adik selalu memiliki kerinduan yang besar ketika perpisahan jarak dan waktu
membentang. Kebahagiaan adik adalah ketika dia bisa merasakan semua anggota
keluarganya bisa berkumpul bersama, bercengkrama, tertawa bersama, dan
melakukan aktivitas bersama.
Pemandangan
yang tak kalah indah adalah kepedulian antar sesama. Segerombolan pemuda yang
berkumpul oleh satu landasan berpikir yang sama dengan setiap perbedaan
permasalahan yang dihadapi baik sendiri maupun bersama. Segerombolan pemuda
yang saling mendukung ketika ada permasalahan keluarga atau permasalahan
pribadi lainnya. Mereka yang peduli dengan masyarakatnya, tetap teguh dengan
kebenaran yang ada di hatinya meski standar kebenaran jauh dari standar yang
dibuat dan didoktrinasi oleh masyarakatnya. Orang-orang yang memiliki mimpi
yang tinggi yang akan membuktikan kebenaran yang sejati. Meski mereka
dipisahkan dengan jarak tempat, di luar kota maupun di luar negeri, tapi mereka
tetap satu. Fisik mereka memang terpisah tapi hati mereka tetap satu.
Sering
kali orang saat ini hanya memikirkan dirinya sendiri, menginginkan kebahagiannya
sendiri, hanya peduli terhadap masa depannya sendiri. Namun sebenarnya tak
sedikit orang-orang yang juga peduli terhadap sesama, baik sesama manusia
maupun sesama makhluk yang tinggal di dunia. Orang-orang yang memiliki
kepedulian inilah yang nantinya akan membawa kebaikan di sekitarnya. Modal rasa
cinta dan peduli untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga untuk
kebaikan masyarakat dan lingkungan agar menjadi lebih baik lagi. Hal ini
dilakukan dengan proses yang panjang; mematangkan diri sendiri, menanam dan
menumbuhkan cinta dalam keluarga, hingga menanam dan meningkatkan kepedulian
dalam masyarakat.
22 - 24 Oktober 2015
Bangil, Pasuruan
No comments:
Post a Comment