Friday, October 16, 2015

Hidup Adalah Pilihan

Mengerjakan tugas, jalan-jalan, istirahat, bertemu teman, bukankah semua itu adalah pilihan? Ya, semua itu adalah pilihan. Sering kali dalam hidup kita, dalam tiap waktu yang kita punya, kita dihadapkan dengan begitu banyak pilihan. Rapat, tugas, makan, bertemu teman, dan berbagai pilihan pada waktu tertentu. Masing-masing waktu memiliki pilihan yang berbeda. Salahkah memilih salah satu? Bahkan justru kita harus memilih salah satu, karena tak mungkin seseorang membelah dirinya menjadi banyak bagian untuk melaksanakan setiap pilihan yang ada. Karena manusia tak bisa berada di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang sama, tetapi manusia bisa berada dalam satu tempat yang sama dalam waktu yang berbeda.
Memilih. Itulah yang harus dilakukan. Memang harus ada yang dikorbankan. Ketika pilihan menunjukkan antara tugas atau jalan-jalan, maka ketika memilih jalan-jalan berarti kita harus mengorbankan untuk menunda mengerjakan tugas yang berarti waktu atau deadline kita semakin berkurang. Begitupun sebaliknya, ketika kita memilih mengerjakan tugas dibandingkan jalan-jalan, berarti kita mengorbankan diri kita untuk sejenak tidak jalan-jalan terlebih dahulu sampai tugas kita benar-benar terselesaikan. Salahkah orang yang memilih jalan-jalan? Atau selalu benarkah orang yang memilih mengerjakan tugas? Jawabannya belum tentu. Semua tergantung orang yang bersangkutan. Orang yang memilih jalan-jalan harus paham dengan konsekuensinya bahwa setelah jalan-jalan dia juga harus mengerjakan tugas dengan deadline yang sama, tidak boleh protes jika waktunya berkurang karena digunakan untuk jalan-jalan. Sebaliknya, orang yang memilih mengerjakan tugas juga harus paham bahwa dia harus paham jika mungkin mengalami kepenatan ketika menghadapi berbagai kesulitan dan permasalahan tugasnya. Dia harus rela bersabar dan pada akhirnya setelah selesai mengerjakan tugasnya nanti dia bisa jalan-jalan jika dia mau.
Pilihan manakah yang kau pilih?
Bagiku, seperti pepatah lama berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Perjuangan di awal memang selalu terasa berat, namun dengan kesabaran dan ketabahan, yakinlah bahwa buah dari kesabaran dan ketabahan itu sungguh menakjubkan, mengagumkan, hingga tak ada kata lagi yang dapat menjelaskan.
Bagaimana dengan orang yang memilih berenang-renang ke hulu, berakit-rakit ke tepian? Itupun sudah menjadi pilihannya. Asal jangan sampai dia mengeluh untuk tidak mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya. Karena tentu pada akhirnya nanti semua akan diminta pertanggungjawaban.
Pada kenyataannya dalam kehidupan, pilihan tak sekedar menentukan antara tugas dan jalan-jalan. Begitu banyak pilihan yang akan kita hadapi, bahkan bisa jadi lebih banyak, sesuai dengan banyaknya peran yang menempel dalam diri kita. Peran dalam sekolah atau kuliah, dalam keluarga, masyarakat, serta mungkin organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok yang kita terlibat di dalamnya.
Bagaimana jika ada orang yang tak setuju dengan keputusan kita?
Bagiku, mereka hanya tidak tahu. Mereka tidak paham hal apa saja yang kita pikirkan atau pertimbangkan. Mengapa kita harus repot-repot mengurus orang yang tidak paham? Toh manfaatnya kita sendiri yang merasakan, dan justru bisa jadi merekalah yang mendapat rugi. Biarlah, tak perlu terpengaruh terhadap penilaian orang terhadap diri kita. Seringkali manusia hanya melihat apa yang tampak, dan justru yang tidak tampaklah yang menjelaskan semuanya. Yakinlah dengan pilihanmu, yakinlah dengan segala pertimbangan baik yang sudah kau pikirkan matang-matang, kalaupun dengan orang lain bertentangan, bersabar dan berhati-hatilah dalam menyikapinya, karena seringkali orang yang tidak paham terlalu cepat menyimpulkan.
Pilihan bagiku adalah sebuah pilihan yang bisa lebih bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar. Dibandingkan pilihan egois yang memikirkan diri sendiri untuk mendapatkan sebuah kenikmatan atau kebahagiaan, tetapi melupakan kenikmatan dan kebahaigaan orang-orang di sekitar. Selama masih ada hal yang bisa dilakukan untuk memberi manfaat kepada diri sendiri sekaligus juga bermanfaat bagi orang lain, maka itulah prioritas pertama dan utama. Sedang kemanfaatan yang dirasakan sendiri tanpa melibatkan orang lain di dalamnya maka itu menjadi prioritas akhir.
Apakah prioritas ini yang paling benar? Belum tentu, itu hanyalah pendapat dan pandanganku, dan bisa jadi suatu saat prioritas itu bisa berubah. Karena di dunia ini kita menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi yang ita hadapi, tetapi tetap berasaskan terhadap kebenaran yang sejati. Karena setiap pilihan mengandung investasi, konsekuensi dan resiko yang setara dengan pilihan yang ada. Ketika seseorang telah menentukan pilihannya maka dia mau tidak mau akan berhadapan dengan ketiganya (investasi, konsekuensi dan resiko). Namun, sedikit orang yang bisa memahami dan menghadapinya dengan penuh kesadaran. Mereka hanya asal-asalan menentukan pilihan dan baru sadar ada konsekuensi dan resiko di depannya.
Sadarlah dengan kehidupan! Pikirkan dengan matang! Tentukan pilihan! Dan nanti, tunggulah masa pertanggungjawaban! J
11 – 17 Oktober 2015

Tengah Perumahan Swakarya

No comments:

Post a Comment