Sebuah
catatan dan pelajaran dari sebuah fenomena. Cerita tentang salah satu proses
pra-KKN 2014. Diantara tahapan-tahapan proses pra-KKN 2014 adalah general test. General test (GT) merupakan tes yang dilakukan secara online untuk menguji pemahaman mahasiswa
tentang KKN. Mahassiswa dikatakan lulus jika berhasil menjawab dengan benar
minimal 505 dari soal yang berikan. Materi tes yang akan diujikan sebelumnya
telah disampaikan dalam sesi pembekalan KKN. Bahkan materinya dapat di-download oleh mahasiswa sebelum
pembekalan dilakukan.
Sebagai
mahasiswa, idealnya mahasiswa harusnya men-download
materi pembekalan KKN sebelum pembekalan dilakukan. Mempelajarinya terlebih
dahulu, menyiapkan pertanyaan, kemudian menanyakannya ketika pembekalan
dilakukan. Setelah itu, harusnya mahasiswa me-review kembali materi tersebut sebelum GT dilakukan. Sehingga GT
dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
Sungguh,
memang dasar mahasiswa Indonesia. Jangankan mempelajari terlebih dahulu dan
menyiapkan pertanyaan, bahkan men-download
materinya saja belum tentu dilakukan. Ditambah lagi, ketika pembekalan,
meskipun belum mempelajari, menyiapkan pertanyaan, atau bahkan men-download materinya, akan lebih mending
jika mahasiswa memperhatikan pemateri yang berbusa-busa menjelaskan rincian
demi rincian tentang semua seluk beluk, tetek bengek, dan apapun tentang KKN.
Namun, jangankan memperhatikan, mahasiswa Indonesia lebih memilih ngobrol
sendiri dengan teman, mengerjakan tugas yang lain, bahkan nonton film atau bermain
game.
Begitulah
mahasiswa Indonesia. Terlebih lagi ketika mengetahui, jika gagal tak ada
batasan untuk mengulang kembali GT sampai akhirnya dikatakan lulus. Maka,
dengan kondisi di atas tadi, tak heran jika aku mendengar banyak mahasiswa yang
tak bisa lulus hanya dengan sekali GT. Ada yang sampai mencoba sampai 3 kali, 5
kali, 7 kali, belasan, bahkan sampai 25 kali hingga akhirnya berhasil lulus GT.
Aku
akui, akupun belum bisa menjadi mahasiswa ideal seperti yang aku gambarkan
sebelumnya. Aku juga tidak men-download
materi, mempelajari materi terlebih dahulu sebelum pembekalan, apalagi
menyiapkan pertanyaan. Ketidak-adanya fasilitas untuk melakukan itu semua tidak
akan kujadikan alasan. Termasuk keterbatasan managemen finansial yang membuatku
terpaksa “malas” ke warnet. Itu bukan sebuah alasan. Tetap saja aku tidak ada
inisiatif atau usaha untuk mempersiapkan diri sebelum pembekalan dengan
mempelajari materinya terlebih dahulu dan menyiapkan peryanyaan.
Sebelum
GT, akupun juga tidak membaca terlebih dahulu materinya. Karena saat pembekalan
aku tidak mencatat dengan lengkap karena begitu banyak materi yang diberikan
(baca: malas). Dari deskripsi mahasiswa ideal yang kujelaskan sebelumnya, hanya
satu yang kulakukan. Inilah metodeku. Aku fokus ketika pemateri menjelaskan di
kelas. Dengan satu modal ini, Alhamdulillah, aku termasuk salah satu orang yang
berhasil lulus GT hanya dengan satu kali percobaan.
Memang,
sulit rasanya mewujudkan dan menjalankan sebagai mahasiswa yang ideal. Banyak
sekali alasan yang bisa diungkapkan. Tapi, mau sampai kapan generasi Indonesia
akan seperti ini? Setidaknya, kalaupun belum bisa menjadi mahasiswa yang ideal,
mari kita lakukan yang terbaik yang kita bisa. Mari kita kurangi budaya-budaya buruk yang seharusnya memang tidak perlu dibudayakan. Untuk berubah memang
sulit, sama seperti orang sakit yang minum obat yang sangat pahit. Tapi
yakinlah bahwa itu akan membawa kita untuk menjadi yang lebih baik. :)
No comments:
Post a Comment