Sunday, May 11, 2014

Dasar Mahasiswa Indonesia #1



Sebuah catatan dan pelajaran dari sebuah fenomena. Cerita tentang salah satu proses pra-KKN 2014. Diantara tahapan-tahapan proses pra-KKN 2014 adalah general test. General test (GT) merupakan tes yang dilakukan secara online untuk menguji pemahaman mahasiswa tentang KKN. Mahassiswa dikatakan lulus jika berhasil menjawab dengan benar minimal 505 dari soal yang berikan. Materi tes yang akan diujikan sebelumnya telah disampaikan dalam sesi pembekalan KKN. Bahkan materinya dapat di-download oleh mahasiswa sebelum pembekalan dilakukan.
Sebagai mahasiswa, idealnya mahasiswa harusnya men-download materi pembekalan KKN sebelum pembekalan dilakukan. Mempelajarinya terlebih dahulu, menyiapkan pertanyaan, kemudian menanyakannya ketika pembekalan dilakukan. Setelah itu, harusnya mahasiswa me-review kembali materi tersebut sebelum GT dilakukan. Sehingga GT dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
Sungguh, memang dasar mahasiswa Indonesia. Jangankan mempelajari terlebih dahulu dan menyiapkan pertanyaan, bahkan men-download materinya saja belum tentu dilakukan. Ditambah lagi, ketika pembekalan, meskipun belum mempelajari, menyiapkan pertanyaan, atau bahkan men-download materinya, akan lebih mending jika mahasiswa memperhatikan pemateri yang berbusa-busa menjelaskan rincian demi rincian tentang semua seluk beluk, tetek bengek, dan apapun tentang KKN. Namun, jangankan memperhatikan, mahasiswa Indonesia lebih memilih ngobrol sendiri dengan teman, mengerjakan tugas yang lain, bahkan nonton film atau bermain game.
Begitulah mahasiswa Indonesia. Terlebih lagi ketika mengetahui, jika gagal tak ada batasan untuk mengulang kembali GT sampai akhirnya dikatakan lulus. Maka, dengan kondisi di atas tadi, tak heran jika aku mendengar banyak mahasiswa yang tak bisa lulus hanya dengan sekali GT. Ada yang sampai mencoba sampai 3 kali, 5 kali, 7 kali, belasan, bahkan sampai 25 kali hingga akhirnya berhasil lulus GT.
Aku akui, akupun belum bisa menjadi mahasiswa ideal seperti yang aku gambarkan sebelumnya. Aku juga tidak men-download materi, mempelajari materi terlebih dahulu sebelum pembekalan, apalagi menyiapkan pertanyaan. Ketidak-adanya fasilitas untuk melakukan itu semua tidak akan kujadikan alasan. Termasuk keterbatasan managemen finansial yang membuatku terpaksa “malas” ke warnet. Itu bukan sebuah alasan. Tetap saja aku tidak ada inisiatif atau usaha untuk mempersiapkan diri sebelum pembekalan dengan mempelajari materinya terlebih dahulu dan menyiapkan peryanyaan.
Sebelum GT, akupun juga tidak membaca terlebih dahulu materinya. Karena saat pembekalan aku tidak mencatat dengan lengkap karena begitu banyak materi yang diberikan (baca: malas). Dari deskripsi mahasiswa ideal yang kujelaskan sebelumnya, hanya satu yang kulakukan. Inilah metodeku. Aku fokus ketika pemateri menjelaskan di kelas. Dengan satu modal ini, Alhamdulillah, aku termasuk salah satu orang yang berhasil lulus GT hanya dengan satu kali percobaan.
Memang, sulit rasanya mewujudkan dan menjalankan sebagai mahasiswa yang ideal. Banyak sekali alasan yang bisa diungkapkan. Tapi, mau sampai kapan generasi Indonesia akan seperti ini? Setidaknya, kalaupun belum bisa menjadi mahasiswa yang ideal, mari kita lakukan yang terbaik yang kita bisa. Mari kita kurangi budaya-budaya buruk yang seharusnya memang tidak perlu dibudayakan. Untuk berubah memang sulit, sama seperti orang sakit yang minum obat yang sangat pahit. Tapi yakinlah bahwa itu akan membawa kita untuk menjadi yang lebih baik. :)

No comments:

Post a Comment