Saturday, January 31, 2015

Penjajahan Belum Selesai, Perjuangan Pun Juga Tak Pernah Selesai

Tahukah kau indonesia belum sepenuhnya merdeka? Sadarkah kau bahwa negeri kita tercinta ini sedang dihancur-leburkan sedikit demi sedikit? Pahamkah kau bahwa justru seolah rakyat kita malah menikmati kehancuran ini?

Sebuah tulisan. Hasil analisis amatiran dari diskusi dengan satu dua tiga orang dan mencuri pikiran dari beberapa artikel dan ceramah orang.

Saya akan mulai dari sistem penghancur-leburan negeri ini. “Oknum Penghancur” (yang selanjutnya akan saya sebut sebagai OP) ini sangat pandai dalam mengatur strategi dan menentukan target sasarannya. Target sasaran OP adalah para wanita dari segi individu dan keluarga dari segi kelompok. Namun, dampaknya sungguh luar biasa. Gerakannya sungguh sangat efektif merebak ke mana-mana hingga menyeluruh pada masyarakat Indonesia.

Lanjut ke strategi, strategi OP dilakukan dengan sangat teliti, teratur, dan terkoordinasi dengan rapi. Dan kunci kesuksesan OP adalah kesabaran dengan proses strateginya. Dimulai dari isu emansipasi wanita. Wanita ditanamkan bahwa wanita juga berhak dalam hal-hal tertentu yang pada saat itu kurang didapatkan, seperti pendidikan. Setelah menjiwai emansipasi tersebut, digiringlah dengan keseteraan gender. Wanita juga berhak bekerja, punya kesempatan untuk mencari uang, sekolah ke luar negeri, mengembangkan potensinya, dan sebagainya. Bersamaan dengan itu, nilai-nilai tentang kecantikan dan keindahan wanita juga digencarkan. Meski bekerja, penampilan juga tetap mempesona. Tidak hanya itu, di sisi lain, teknologi dimajukan, gadget-gadget seperti HP dan laptop beserta fitur-fiturnya seperti WA, BBM, Line, dan media sosial lainnya digencarkan. Begitulah kiranya gambaran strategi yang mereka lakukan. Dan satu hal yang pasti, satu hal yang akan mendukung semua strategi itu adalah bahwa mereka (harus) menguasai media.

Kemudian, bagaimana dengan dampaknya? Sungguh luar biasa. Ketika para ibu-ibu sudah menjiwai emansipasi dan kesetaraan gender, maka dipastikan sudah mereka akan memilih ikut bekerja mencari uang. Siapa (orang Indonesia) yang tidak tergiur ketika diiming-imingi gaji tinggi mengingat kebutuhan keluarga yang juga tinggi (?). Apa yang terjadi ketika bekerja? Yang berbahaya adalah ketika tempat bekerjanya suami dan istri tidak sama. Masing-masing bisa memberikan alasan palsu dan menikmati malam dengan orang lain yang notabene kebiasaan itu juga ditanamkan, dibiasakan. Maka tak heran muncul kecemburuan, ketidakpuasan, prasangka, hingga perpecahan dan perpisahan. Korban tidak langsung adalah anak mereka, bingung sendiri dengan orangtuanya; sudah sering ditinggal pergi, saat bertemu malah terus bertengkar.

Dampak lain, setelah ibu-ibu sibuk dengan pekerjaannya, apalagi bapaknya, sang anak difasilitasi dengan HP atau gadget lain (yang awalnya dengan alasan) untuk tetap menjaga komunikasi antar keluarga. Namun, karena gengsi, mengikuti zaman, pengen gaul, tidak diremehkan orang, gadget yang diberikan tidak hanya yang berfungsi sebagai komunikasi. Banyak sekali fitur-fitur lain yang bisa digunakan. Buruknya lagi, tidak ada kontrol dalam penggunaan gadget tersebut. Padahal dalam saat yang bersamaan pula, media telah diatur sedemikian rupa untuk mengekspos game-game online dan tentang seks. Sedangkan penguasa media sudah sangat paham bahwa game online itu membuat candu, ketagihan. Apalagi seksual. Sungguh bukan sekedar perencanaan biasa, dimulai dengan gambar, disusul dengan video dan film porno. Maka proses yang selanjutnya yang diharapkan adalah mempraktekkannya. Setelah banyak yang mempraktekkan, media muncul lagi sebagai penyebar informasi, yang ternyata para pelaku mendapat hukuman yang tak sebegitu berapa, atau malah sebagai motivasi bagi yang lain untuk ikut melakukannya. Maka, setelah kasus-kasus tersebar di media, buka menjadi peringatan malah semakin banyak yang terjadi.

Dan inilah target kedua mereka. Anak-anak dan pemuda. Setelah wanita atau ibu sebagai target utama, bahwa wanita adalah pondasi utama dalam sebuah negara, sedangkan para pemuda dan anak-anak adalah tiangnya. Sehingga jika diibaratka sebagai rumah, sudah banyak sekali pondasi dan tiang yang roboh dalam rumah ini. Bahkan yang merobohkan adalah orang-orang yang tinggal di dalamnya. Maka, tinggal tunggu saja kehancurannya.

Sementara para bapak-bapak sudah disibukkan dengan permasalahan politik dan negara. Harta, kekuasaan, dan wanita. Ketiga hal ini tak dipungkiri menjadi orientasi hidup. Anak-anak mereka diarahkan untuk sekolah agar mendapat pekerjaan yang jelas, jodoh yang pas, dan kedudukan yang dipandang. Seolah nilai pendidikan diukur dengan penghasilan dan kekuasaan. Mereka sendiripun sibuk sendiri dengan perbutan kekuasaan. Jika ada yang salah saling menjatuhkan. Dari posisi yang paling tinggi sampai posisi sampai terendah sekalipun. Orang-orang diatas sibuk dengan rebutan uang yang tidak kelihatan. Orang-orang di bawah merasakan tak mendapatkan uang sehingga meneriakkan protes. Sementara orang-orang di tengah dibayar untuk membereskan kericuhan.

Hampir semua aspek dijajah; politik, pendidikan, sosial, budaya, moral, kehormatan, ekonomi, semuanya. Tulisan ini memang sangat berlebihan. Hanya sedikit menggambarkan aspek-aspek yang disebutkan dan ada juga yang sepertinya belum tersebutkan. Hanya sekedar menjadi wadah pelampiasan atas kebencian terhadap penjajahan yang sangat sistematis ini. Penjajahan yang orang yang dijajah merasa tidak sedang dijajah. Bahkan seolah menikmati penjajahan tersebut dan malah ikut membantu penjajahan.

Ah sudahlah, entah bagaimana para pahlawan kemerdekaan di surga sana melihat negara yang dulu diperjuangkannya ternyata masih saja sama, bahkan lebih parah daripada penjajahan sebelumnya. Mungkin mereka akhirnya sudah diberi tahu oleh Tuhan bahwa negeri ini memang ditakdirkan untuk dijajah (?). karena mungkin negeri ini ditakdirkan untuk dijajah.


Hmmm, tidak juga. Mungkin mereka juga sedang melihat perjuangan para calon pahlawan yang akan menggantikan mereka. Para calon pahlawan itu sedang berproses menempa dirinya. Mereka sedang bersiap untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka sedang bersembunyi menyusun strategi. Atau bahkan sudah memulai langkah-langkah kecil yang juga tak terlihat yang nantinya menggempurkan penjajahan ini. Tunggu saja. Bisa jadi pahlawan itu adalah kamu. Tergantung apakah kamu akan memposisikan diri sebagai kawan atau lawan.

No comments:

Post a Comment