Rambutmu
terurai bebas panjang dan hitam, melambangkan kekonsistenan dan keteguhan.
Matamu bersinar tenang, menyiratkan rasa kasih sayang dan kelembutan. Bibirmu
ringan memberikan senyuman. Semua itu bersatu menjadikan wajahmu yang elok,
cantik, dan penuh keindahan. Kecantikan
yang natural karena memang tak berdandan. Riwayatmu mencerminkan tauladan.
Ibadah tak pernah ketinggalan dan selalu menjauhi larangan.
Semua
terangkum menjadi wanita yang cantik, sholihah, dan menjadi idaman.
Perempuan
yang dapat tegar dan penuh pengorbanan. Kuat, sabar dan penuh keikhlasan. Peka,
gesit, dan lincah dalam menghadapi setiap permasalahan, ujian dan cobaan. Selalu mengerti dan memahami
apa yang dibutuhkan.
Sembilan bulan lamanya
mengandung delapan anak-anakmu dengan kesabaran. Bertahun-tahun mengasuh semua tanpa
merasa kelelahan. Pengorbanan yang tak dapat dihitung dengan ukuran. Dibumbui
dengan cinta dan kasih sayang yang tak terbandingkan.
Tak sembarang pendidikan
yang diajarkan. Segalanya penuh dengan hikmah dan pelajaran. Tak lupa dengan tambahan
nilai keagamaan. Tak sembarang kata yang diucapkan. Semua pasti sudah terlebih
dahulu dilakukan. Karena disitulah puncak letak pendidikan. Tak sekedar cerita
dan dongeng dengan kata-kata yang diselipkan. Melainkan juga dalam sikap dan
akhlak keseharian yang kemudian menjadi cermin tauladan.
Hidup
dalam kesederhanaan dan itu pula yang kau ajarkan. Bahwa manusia memang
diciptakan dengan kesempurnaan, masing-masing memiliki keunggulan dan
kelemahan. Tak pernah ada kata-kata iri, prasangka, bahkan walau umpatan. Yang
ada hanyalah kebersamaan, keadilan, dan hampir
semua
kebaikan.
Tak ada kata yang dapat kusampaikan.
Untuk mewakili dan menggambarkan atas apapun yang telah kau lakukan. Aksipun
belum dapat juga kutunjukkan, untuk membalas apapun yang telah kau berikan. Beribu
kata pun tak dapat menjadi balasan atas semua pengorbanan. Tetes mataupun tak
mewakili apa yang ingin kusampaikan. Namun, ada kata yang sebenarnya ingin aku
katakan bahwa “Aku sangat mencintaimu, mencintaimu karena Tuhan”.
Teruntuk bundaku tercinta, semoga kau
bahagia di sana, tak perlu memikirkan lagi kondisi keluarga, yang mungkin akan
membuatmu sengsara...