Tik tok, tik tok. Detik jam tanganku terdengar keras di
keheningan malam. Tak terasa, aku merebahkan diri
sudah sejam, namun mata ini tak mau terpejam.
Malah semakin terbuka di dalam kondisi lampu yang sudah padam.
Tik tok, tik tok. Suaranya semakin keras. Semakin
jelas. Seolah tak mau berhenti,
walau hanya sekilas. Seperti
kaki-kaki ini yang sehari ini terus mengayuh sepeda dengan lepas, serasa
tanpa beban tapi berkeringat deras.
“Pantai, pantai, pantai...” begitu ucap Brain di hampir
setiap kayuhan sepedanya. Ada Dini, Aat, Ayya’, Halim, Rofiq, aku, Bagus, dan
Arma. Ditambah Jey yang tiba-tiba ada. Datang tak dijemput, tapi pulangnya
diantar berdua. Berangkat pake
motor, sedangkan
pulangnya dengan sepeda. Ya, kita bersepeda bersama. Di hari libur
yang tak sering tiba. Menghilangkan penat dan segala tekanan yang ada. Mencari
waktu berkumpul dan RAPAT bersama (hahaha).
Jalan demi jalan terlewat. Tetes demi tetes keringat, tak
menjadi pematah semangat. Kami terus mengayuh dengan kuat.
Meski tak begitu cepat, namun juga tak lambat, kami yakin dan terus bertekad;
mencapai Pantai Parang Tritis dengan sepeda, dan yang terpenting dengan
selamat. Meski tujuan sebenarnya adalah RAPAT (permintaannya Brain lhoo.. :P).
*****
Aku
tetap mencoba menutup mata. Berharap bisa beristirahat seperti mereka. Namun,
usahaku sia-sia. Dengkuran mereka (Halim, Rofiq, dan Bagus) terdengar menggema.
Saling bersahutan seperti dalam lomba. Berdengung mengisi seantero ruang
kamarnya. Layaknya ombak tadi pagi di sana. Berayun, bergelombang menyambar
tubuh kita. Menampar dan mendorong, seolah ingin berkata, “aku sangat
bertenaga…!!” sambil menjatuhkan semua orang yang dilaluinya.
Dengkuran
itu sedikit demi sedikit menghilang. Digantikan hempusan-hembusan nafas
panjang. Dan tetap membuatku tak dapat beristirahat dengan tenang. Hembusan
nafas mereka semakin kencang, seperti angin di pantai tadi yang membuat air
bergelombang. Menghantam dan menjatuhkan semua orang. Tapi, tanpa itu semua
orang tak akan merasa senang.
*****
Akhirnya,
suara-suara itu hilang perlahan. Menciptakan keheningan. Cukup tenang untuk
melampiaskan mata yang sudah tak tahan. Perjalanan hari ini sangat
menyenangkan. Meski ada beberapa kejadian yang tak dinginkan. Brain yang
tergesa-gesa pulang, motor Jey yang kecelakaan, Halim dan Rofiq yang kehujanan,
dan tas Arma yang ketinggalan. Namun, banyak pula pelajaran yang didapatkan.
Perencanaan yang matang, koordinasi yang jelas dan terang, kemauan dan
kemampuan tiap orang, semuanya dibutuhkan. Selain itu, luka Rofiq pun jadi agak
mendingan, olahraga yang menyegarkan, dan sebagainya. Yang paling terutama
adalah perjalanan ini telah membuktikan indahnya ukhuwah islam, yang dalam
bahasa keseharian sering disebut sebagai persahabatan.
Semoga perasaan ini tak
hanya untuk hari ini…. :)
Yogyakarta, 04
Mei 2012